Peneliti Ekonomi Madya Bank Indonesia Denpasar, Sunarto, dalam laporan statistik ekonomi keuangan daerah Provinsi Bali Sabtu menyebutkan bahwa impor berbagai jenis permata itu sejalan dengan perkembangan ekonomi daerah ini.
Pemasukan salah satu komponen perhiasan yang dipadukan dengan perak dan emas rata-rata 1,6 juta dolar per bulan, dan bahan baku aksesori tersebut setelah diolah kemudian diekspor kembali sesuai permintaan pasar.
Ia menjelaskan, krisis ekonomi dunia melanda sejumlah negara maju, tampaknya tidak menyurutkan impor berbagai jenis logam mulia, yang jumlahnya hampir sama dengan tahun 2010 yang hanya rata-rata 1,3 juta dolar per bulan.
Pengusaha Bali memerlukan mutiara, batu permata dan logam mulia dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara.
"Kami mengimpor permata untuk diekspor kembali," kata Nyoman Sudiana, seorang pengusaha di Denpasar.
Permata yang dibeli oleh pengusaha di Bali umumnya didatangkan dari Asia seperti asal Thailand, China, bahkan ada yang dari Eropa disamping dipenuhi dari permata produksi dalam negeri seperti asal Kalimantan dan Sumatera.
Tidak saja wisatawan asing yang senang dengan perhiasan yang diisi permata dan logam mulia, pelancong nusantara juga banyak mengoleksi aksesori dengan permata yang dibubuhi batu permata yang konon memiliki kasiat.
Permata dan batu mulia yang diperlukan perajin Bali khususnya pengusaha perak jauh lebih banyak dari pada realisasi impor, karena dibeli dari produksi dalam negeri dengan mutu yang tidak kalah baiknya, kata Nyoman.
Nyoman mengatakan, perajin perhiasan perak Bali yang umumnya berada di Desa Celuk Sukawati, mampu memenuhi selera konsumen luar negeri, sehingga realisasi ekspornya naik terus, baik devisa maupun volumennya.
Sesuai catatan Disperindag Bali, perolehan devisa perhiasan perak Bali hanya 9,7 juta dolar AS Januari-Mei 2011 hasil penjualan 3,3 juta buah, turun dari periode sama 2010 yang mencapai enam juta buah seharga 11,9 juta dolar.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011