Jakarta (ANTARA News) - Upaya PT Garuda Indonesia bertemu dengan para kreditor untuk melakukan restrukturisasi utang yang mencapai sekitar 800 juta dolar AS belum mencapai kata sepakat. "Sudah ada pertemuan dengan para kreditor, tapi intinya masih menunggu kesepakatan antar kreditor," ujar Dirut PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, usai menandatangani kerjasama Penyediaan Jasa Transportasi Udara antara Garuda dengan Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) dan Himpungan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), di Jakarta, Kamis. Ia menjelaskan hasil pertemuannya dengan para kreditor pemegang surat utang jangka menengah (MTN) di Singapura, pada Januari 2006, belum dapat bisa dijelaskan kepada publik. Menurutnya, berapa besar utang yang diajukan untuk direstrukturisasi dan berapa lama waktunya belum bisa diungkapkan, karena masih harus ada saran dari kreditur, termasuk input dari penasehat keuangan Garuda, yaitu PT Danareksa dan Roschild. "Intinya masih dalam proses. Dari kita sih sudah ada nilai usulan, tapi saya tidak mau menyebutkan karena takut kreditor menganggap di-faith a compli," sehingga harus ada diskusi lebih lanjut," ujarnya. Dari total utang Garuda yang mencapai 800 juta dolar AS, sebanyak 510 juta dolar AS merupakan utang kepada European Credit Agency (ECA) dan utang dalam bentuk MTN senilai 130 juta dolar AS, selebihnya utang kepada Bank Mandiri dan PT Angkasa Pura I - II. Diketahui, dari MTN itu sebanyak 55 juta dolar AS jatuh tempo pada akhir 2005. Khusus restrukturisasi utang ECA, Emir menjelaskan para kreditor telah menyatakan kesediaannya datang ke Indonesia dan membicarakan masalah tersebut dengan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham Garuda. "Pekan I atau II Februari mereka (kreditor ECA) akan bertemu dengan pemerintah untuk membahasnya," ujar Emir. Ia berharap masalah restrukturisasi utang kepada kedua kelompok kreditor dapat diselesaikan secara bersamaan atau sekaligus. Menanggapi dampak belum adanya kesepakatan restrukturisasi utang itu terhadap operasional Garuda, Emir mengemukakan sejauh ini tidak ada masalah. "Seluruh kegiatan perusahaan berjalan terus dan berlangsung normal. Utang kepada `lessor` tetap dibayar, demikian dengan kewajiban membayar bunga," ujarnya. Ia mengakui jumlah utang yang harus dibayarkan setiap tahun mencapai sekitar 80 juta dolar AS, dengan pembayaran yang bervariasi, yaitu ada yang dibayar bulanan, kuartalan, maupun semesteran. Sedangkan adanya rencana pemerintah memberikan dana talangan sebesar 56 juta dolar AS kepada Garuda sebagai langkah penyelematan perusahaan penerbangan plat merah itu, Emir mengatakan masih dalam proses pembicaraan di Kementerian BUMN dan Departemen Keuangan. "Insya Allah, diharapkan secepat mungkin upaya itu dapat terealisasi," ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006