Investor masih mengkawatirkan kondisi finansial AS dan negara-negara Eropa yang akan membuat pertumbuhan ekonomi melambat sehingga pelaku pasar lebih cenderung memegang instrumen investasi `safe haven` salah satunya dolar AS.
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat pagi masih terkoreksi 10 poin dipicu dari kekawatiran investor atas melambatnya ekonomi dunia yang disebabkan AS dan negara-negara Eropa.
Kurs nilai mata uang rupiah pada Jumat pagi antarbank di Jakarta melemah sebesar 10 poin terhadap dolar AS menjadi Rp8.540 dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.530 per dolar AS.
"Investor masih mengkawatirkan kondisi finansial AS dan negara-negara Eropa yang akan membuat pertumbuhan ekonomi melambat sehingga pelaku pasar lebih cenderung memegang instrumen investasi `safe haven` salah satunya dolar AS," kata pengamat pasar uang Bank Saudara rully Nova, di Jakarta, Jumat.
Meski demikian, lanjut dia, fundamental ekonomi dalam negeri yang positif akan membuat dana asing bertahan di dalam negeri sehingga mata uang rupiah tetap stabil kendati kondisi global tidak dapat diantisipasi.
"Dana asing memang tercatat turun tetapi tidak signifikan, rupiah kita juga masih stabil karena ekonomi kita masih baik ditengah gejolak global," kata dia.
Pengamat valas dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, posisi cadangan devisa turun sebesar 500 juta dolar AS dalam lima hari tekanan pasar sejak 5 Agustus lalu, yang tercatat senilai 123,2 miliar dolar AS menjadi 122,7 miliar dolar AS pada 10 Agustus.
Di saat yang sama, kata dia, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) turun sebesar Rp6,4 triliun dan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun sebesar Rp400 miliar, keduanya setara dengan 797 juta dolar AS.
"Sedangkan kepemilikan asing di saham tercatat neto jual sebesar 518,8 juta dolar AS. Sehingga total kepemilikan asing di ketiga instrumen tersebut senilai 1,32 miliar dolar AS," ujarnya.
Dengan demikian, kata Lana, masih ada sekitar 820 juta dolar AS yang kemungkinan masih bertahan di dalam negeri.
Ia mengatakan, ditengah ketidakpastian global dan ketakutan terhadap terutama pasar-pasar utama dunia di AS dan Uni Eropa, tampaknya pasar Indonesia masih diminati oleh investor asing, didukung dengan fundamental yang cukup solid, "return" yang masih menarik.
"Kemungkinan ini juga didukung dengan masih stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011