"Ribuan hektare tanaman padi milik petani kini terancam gagal panen akibat kekeringan tersebut," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan Muverdi CH di Kalianda, Kamis.
Ia mengatakan pihaknya belum menerima data lengkap tentang kekeringan itu dari petugas di lapangan. Namun, diperkirakan mencapai ribuan hektare, yang tersebar hampir di 17 wilayah kecamatan. "Petugas masih mendata luas areal tanaman padi yang terancam gagal panen tersebut," katanya.
Menurut dia, kekeringan ini disebabkan karena sejumlah saluran irigasi di daerah itu tidak berfungsi mengairi persawahan petani.
Selain itu, sebagian besar lahan sawah hanya memiliki saluran irigasi nonteknis, sehingga kurang optimal dalam mengairi persawahan, apalagi saat ini musim kemarau.
Ia mengatakan saat ini petani sedang menunggu pencairan bantuan untuk pengadaan pompa air bagi masing-masing kelompok tani di tiap kecamatan agar dapat menekan kerugian akibat kekeringan itu. "Kami masih dalam proses pengusulan kepada Pemprov Lampung untuk mendapatkan bantuan tersebut," katanya.
Sementara itu, kata dia, ribuan hektare tanaman padi di Kabupaten Lampung Selatan yang terancam gagal panen berada di Kecamatan Sidomulyo, Palas, Candipuro, Sragi, Waypanji, Waysulan, Ketapang, Tanjungsari, Jatiagung, dan Tanjungbintang.
Suatini, salah seorang petani di Kecamatan Tanjungsari mengatakan saat ini saluran irigasi sudah tidak berfungsi, meskipun masih menyisakan air. Para petani berebut membendung saluran tersebut untuk mengairi sawah masing-masing.
"Jika di kawasan atas dibendung, maka kawasan bawah sama sekali tidak kebagian air, karena pasokan air sangat terbatas," katanya.
Menurut dia, saat musim kemarau daerah setempat memang selalu kekurangan air, sehingga produksi padi menurun.
Berdasarkan data, luas lahan produksi padi di Lampung Selatan 387.241 hektare, terdiri atas 6.195 hektare memiliki irigasi teknis, 15.249 hektare tanpa irigasi teknis, lahan tadah hujan seluas 57.094 hektare, dan 9.004 hektare lahan kering. (ANT048/M008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011