Depok (ANTARA News) - Seninam Zak Sorga mengisi ngabuburit (menunggu berbuka puasa) dengan berkisah mengenai teladan para nabi kepada anak-anak usia 3-12 tahun.
"Sejak Ramadhan hari ke-2, setiap jelang berbuka saya mengumpulkan anak-anak usia 3 ? 12 tahun menuturkan kisah-kisah teladan para nabi," katanya di Depok, Kamis.
Zak Zorga yang menceritakan kisah para nabi pada sore hari ini dilakukan di rumahnya di Jalan Karya Bhakti gang Jerah Nomor 20 A RT01/06, Kelurhan Tanah Baru, Kecamatan Beji Kota Depok, Jawa Barat.
Menurut dia, jumlah anak-anak yang megikuti kisaha para nabi tersebut antara 25-40 orang anak setiap hari setia mengunggu dan mendengarkan penuturannya.
Pria meklahiran Tuban Jawa timur 47 tahun, yang mulai dikenal sebagai seniman teater kanvas ini mengatakan bahwa inisiatifnya bermula dari keprihatinnya terhadap mahalnya biaya pendidikan dan moralitas (akhlak), artinya biaya tinggi sering tidak sebanding dengan hasil output akhlak anak-anak.
Dikatakannya, media berkisah dianggap sesuatu yang sederhana, secara tradisional dianggap terbukti menelorkan anak-anak yang berakhlak mulia seperti tradisi mendongeng sebelum tidur dengan muatan pekerti yang dilakukan orang tua kita dahulu.
Alumni IKJ dan pembicara berbagai seminar tentang teater ini lebih lanjut mengatakan, selain mengisi kegiatan anak-anak jelang berbuka dengan hal?hal positif dan edukatif, kegiatan ini merupakan milestone atau titik pijak aktivitas berikutnya, dengan mengambil spirit Ramadhan, kegiatan bercerita dan upaya perbaikan akhlak melalui seni ini akan terus dan rutin digulirkan.
"Kalau selama Ramadhan kegiatan dilakukan tiap hari jelang berbuka, maka pasca ramadhan setiap pekan dia akan terus bercerita," katanya.
Menurut dia, selama Ramadhan, kisah yang dituturkan adalah tentang para nabi, maka pasca ramadhan akan terus bercerita tentang para sahabat nabi, orang-orang soleh, para ulama dan imam mazdhab, cerita wayang sampai cerita pahlawan nasional.
Tentang pilihan cerita dan peristilahan kegiatan, dia lebih senang memilih kata "kisah" dibanding "dongeng", menurutnya implikasi kata kisah lebih positif, selain lebih dekat dengan dunia nyata, ending sebuah kisah, akan menuturkan bahwa problem solving dari suatu keadaan utamanya berasal dorongan kuat itu dari diri sendiri.
"Semangat percaya diri dan terus berupaya keras jadi inspirasinya," ujarnya.
(F006/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011