Boyolali (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Donohudan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Wahyu Setianingsih mengatakan masyarakat tidak usah panik menghadapi kasus COVID-19 varian baru Omicron.
"Jadi tidak usah panik. Omicron ini, justru sebagai transisi dari pandemi menuju endemi, karena gejalanya ringan," kata Wahyu Setianingsih, usai kunjungan kerja Kapolri di RSDC Donohudan Boyolali, Jateng, Jumat.
Wahyu Setianingsih yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah itu, mengatakan pihaknya mengetahui varian Omicron memang memiliki kecepatan penularan di atas Delta. Tetapi, tidak menyebabkan tingkat keparahan seperti Delta.
"Kami jadi mohon dibantu untuk sosialisasi kepada masyarakat agar tidak panik. Pasien yang terpapar gejalanya tidak seberat gejala Delta," kata Wahyu.
Baca juga: Warga terpapar COVID-19 di Sulteng bertambah 311 orang
Baca juga: Kasus COVID-19 di Batam terus melonjak
Sehingga, masyarakat yang terpapar tidak banyak yang membutuhkan rumah sakit. Namun, RSDC Donohudan tetap siap khususnya dan seluruh RS di wilayah Jateng pada umumnya.
"Bahkan, RSDC Donohudan Boyolali untuk tempat tidur juga kami siapkan andai nanti terjadi lonjakan dan membutuhkan tempat tidur lebih banyak lagi, juga masih fleksibel dan diluaskan," katanya.
Pihaknya berharap tidak membutuhkan banyak RS dalam penanganan kasus COVID-19 gelombang ketiga ini. Cukup isolasi mandiri saja atau isolasi terpusat. Petugas Puskesmas juga bisa turun mengawal isolasi mandiri dan memberikan obat serta sebagainya.
"Jadi pasien cukup di rumah asalkan tempat isoman memenuhi syarat untuk isolasi, itu saja," katanya.
Selain itu, kata dia, mungkin juga terjadi karena tingkat kekebalan masyarakat sudah cukup baik. Jateng sudah sekitar 90 persen vaksinasi pertama. Vaksinasi kedua juga sudah sekitar 70 persen. Tinggal lansia yang harus dikejar. Hal itu, karena mereka memiliki risiko paling besar.
"Kami minta dukungan media agar masyarakat yang belum mau divaksinasi tolong didorong untuk mau datang ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi. Kami juga lakukan layanan jemput bola dengan mobil layanan vaksinasi turun sampai ke desa-desa untuk mendekatkan layanan kepada masyarakat," katanya.
Mobil vaksinasi keliling khususnya melayani yang sulit menjangkau tadi seperti lansia sulit kalau harus jauh dari rumahnya. Sehingga, layanannya didekatkan kepada mereka. Silakan dimanfaatkan fasilitas pelayanan ini.
Menurut Koordinator Medis RSDC Donohudan, Dokter Rivan Danuaji, RSDC Donohudan Kabupaten Boyolali telah menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung perawatan pasien guna mengantisipasi jika terjadi lonjakan kasus di wilayah Solo Raya Jawa Tengah.
Dokter Rivan Danuaji mengatakan jumlah pasien bergejala COVID-19 yang dirawat di RSDC Donohudan sebanyak 17 orang. Mereka berasal dari Solo Raya dan luar kota dari Jakarta dan Jepara juga ada. Pasien yang dirawat di RSDC Donohudan gejala ringan hingga sedang yang komorbid.
"Pasien dua kriteria itu, yang bisa masuk dirawat di RSDC Donohudan rujukan dari Puskesmas atau RS lainnya," katanya.
RSDC Donohudan mempunyai kapasitas sebanyak 338 pasien, tetapi karena keterbatasan tenaga kesehatan hingga saat ini, yang dioperasikan antara 40 hingga 50 tempat tidur.*
Baca juga: Kemenkes: 3 persen dari 1.090 kematian karena Omicron adalah balita
Baca juga: Kasus aktif COVID-19 Sulteng naik di atas 1.000 persen dalam 14 hari
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022