"Saat ini, ketegangan di dan sekitar Ukraina lebih tinggi daripada kapan pun sejak 2014. Spekulasi dan tuduhan seputar kemungkinan konflik militer (dengan Rusia) begitu marak. Apa pun yang diyakini orang-orang tentang prospek konfrontasi semacam itu, kenyataannya adalah situasi saat ini sangat berbahaya," katanya.
Isu-isu yang melatarbelakangi krisis saat ini sangat kompleks dan telah berlangsung lama. Semua itu mengakumulasi konflik selama delapan tahun di Ukraina timur beserta sejumlah masalah yang lebih besar yang berkaitan dengan arsitektur keamanan Eropa, katanya kepada Dewan Keamanan PBB dalam taklimat tentang penerapan Perjanjian Minsk untuk konflik di Ukraina timur.
"Meskipun terlihat sulit diselesaikan, mengingat pertaruhannya adalah keamanan kolektif kita dan stabilitas Eropa, masalah ini dapat dan harus diselesaikan melalui diplomasi dengan menggunakan sepenuhnya banyak mekanisme dan kerangka kerja regional dan lainnya yang tersedia. Kami mendukung semua upaya tersebut, termasuk melalui keterlibatan sekretaris jenderal (PBB) sebagai pihak ketiga," tuturnya.
Pertempuran sporadis meletus di sepanjang garis gencatan senjata yang ditentukan setelah pemisahan wilayah Luhansk dan Donetsk yang berada di ujung timur Ukraina delapan tahun lalu. Mereka tidak diakui secara internasional.
Mengenai implementasi Perjanjian Minsk, DiCarlo mengungkapkan hanya ada sedikit kemajuan berarti, jika memang ada.
Perjanjian Minsk masih menjadi satu-satunya kerangka yang didukung oleh Dewan Keamanan PBB untuk penyelesaian damai melalui perundingan atas konflik di Ukraina timur, katanya.
"Dalam hal ini, kami menyampaikan kekhawatiran atas laporan pelanggaran gencatan senjata baru di seluruh jalur kontak selama beberapa jam terakhir. Jika terverifikasi, pelanggaran ini tidak boleh dibiarkan semakin berkembang. Kami meminta semua pihak untuk menahan diri secara maksimal saat ini. Kami juga meminta semua pihak terkait menahan diri agar tidak melakukan tindakan sepihak yang mungkin bertentangan dengan isi dan semangat Perjanjian Minsk, atau merusak pelaksanaannya dan mengakibatkan ketegangan lebih lanjut, termasuk yang terkait dengan status wilayah tertentu Luhansk dan Donetsk."
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (14/2) mengungkapkan kekhawatiran mendalam mengenai potensi konflik militer antara Rusia dan Ukraina.
Dia mengingatkan masyarakat internasional bahwa harga yang harus dibayar atas penderitaan manusia, kehancuran, serta kerusakan keamanan Eropa dan global terlalu tinggi untuk dipertimbangkan, kata DiCarlo.
"Sekretaris jenderal tetap terlibat sepenuhnya dengan para pelaku kunci, termasuk pemerintah Federasi Rusia dan Ukraina, dan menegaskan kembali pesan yang sama, yaitu tidak ada alternatif selain diplomasi," katanya.
Semua negara anggota wajib menghormati sepenuhnya prinsip-prinsip utama Piagam PBB, untuk menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan untuk menahan diri dari menggunakan ancaman atau kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara mana pun, katanya.
"Dalam hal ini, izinkan saya menegaskan kembali komitmen PBB terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Ukraina dalam batas-batas yang diakui secara internasional seperti yang diserukan dalam resolusi Majelis Umum."
Kontak diplomatik baru-baru ini, termasuk antara kepala negara, disambut dengan baik. Namun, masih diperlukan lebih banyak upaya, dan segera, termasuk langkah-langkah nyata dan dapat diverifikasi di lapangan serta diakhirinya retorika menghasut demi meredakan ketegangan, katanya.
Lebih dari 14.000 orang tewas akibat konflik di Ukraina timur.
Seperti disampaikan sekretaris jenderal PBB pekan ini, dunia tidak dapat menerima kemungkinan konflik baru di Ukraina, kata DiCarlo.
"Memang, kita sedang menghadapi ujian. Dunia berharap pada mekanisme keamanan kolektif di Eropa, tetapi juga pada Dewan (Keamanan) ini untuk membantu memastikan bahwa satu-satunya pertempuran adalah bersifat diplomatik. Kita tidak boleh gagal."
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022