Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah berharap Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang digulirkan pemerintah dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan masyarakat akan meningkat di masa mendatang.
Dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu, Atut menegaskan bahwa penggunaan dana BOK diarahkan pada aspek preventif (pencegahan) dan promotif (promosi) kesehatan melalui petugas pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas).
Dana BOK ini, ujarnya, juga digunakan untuk penanganan gizi buruk, perbaikan kesehatan ibu dan balita, pemantauan minum obat dan kunjungan kepala keluarga yang rawan penyakit, di antaranya tuberkulosis.
"Program ini ditargetkan bisa menurunkan kematian ibu dan bayi, prevalensi gizi buruk, dan meningkatkan usia harapan hidup. Sasaran akhirnya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Banten," ujar Atut.
Dalam setiap kunjungan kerjanya ke berbagai kecamatan, Gubernur Atut mengatakan bahwa peran para kader Posyandu menjadi faktor penting dalam upaya perbaikan gizi masyarakat Banten.
Hingga saat ini, jumlah kader Posyandu di Provinsi Banten telah mencapai 65.000 orang dan akan terus ditingkatkan seiring dengan terus bertambahnya Posyandu.
Menurut dia, keberhasilan perbaikan gizi masyarakat sangat erat kaitannya dengan peningkatan kesehatan sumber daya manusia dan produktifitasnya. Oleh sebab itu, masyarakat harus terus didorong untuk mengakses layanan kesehatan, khususnya para ibu hamil dan anak balita.
"Partisipasi masyarakat datang ke Posyandu, telah cukup berhasil menurunkan angka kematian bayi dan ibu melahirkan," ujarnya.
Sampai 2010, Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Banten mencapai 22,8 dari 1.000 kelahiran hidup, melampaui rata-rata nasional dan target sasaran pembangunan millennium (Millennium Development Goals/MDGs).
AKB nasional 2010 sebesar 35 dari 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDG's pada tahun 2015, AKB dipatok sebanyak 25 orang per 1.000 kelahiran hidup.
Secara terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Banten HA. Drajat mengatakan, Pemprov Banten telah melaksanakan berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, seperti peningkatan akses kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Hasilnya beberapa indikator utama bidang kesehatan berhasil melampaui rata-rata nasional. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan, tahun 2010 mencapai 187,3 per seratus ribu kelahiran hidup, sedangkan rata-rata nasional berada pada angka 228 per seratus ribu kelahiran hidup.
Banten akan berhasil mencapai target MDG's pada indikator utama bidang kesehatan lainnya, antara lain AKI 102 per seratus ribu kelahiran hidup tahun 2015, prevalensi balita kurang gizi 15,5 persen, persalinan oleh tenaga kesehatan.
Hingga tahun 2010, masyarakat setempat dapat memperoleh pelayanan kesehatan melalui 10 buah rumah sakit pemerintah (RSUD dan pusat), 49 rumah sakit swasta, 59 Puskesmas perawatan, 151 Puskesmas non perawatan, 197 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), 109 Pos Kesehatan Pesantren (Poskentren), 215 Puskesmas keliling roda empat, 853 Puskesmas keliling roda dua dan 9.919 buah.
"Bila sebelumnya masyarakat pedesaan kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan, sekarang sudah tidak dikhawatir lagi," ujarnya.
Saat ini jumlah desa dan kelurahan sebanyak 1.535. dari jumlah itu, sebanyak 1.510 atau 98 persen desa sudah memiliki bidan desa. Selain itu, sebanyak 1.377 desa atau sebsesar 90 persen, berstatus sebagai desa siaga. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011