Jeddah, Arab Saudi (ANTARA News) - Organisasi Konferensi Islam (OKI) menyatakan, Rabu, para menteri luar negeri negara anggotanya akan mengadakan pertemuan di Turki pekan depan untuk membahas bantuan bagi Somalia yang dilanda kekeringan dan kelaparan.
Pertemuan di Istanbul pada Selasa mendatang itu diadakan setelah "seruan Turki untuk membantu rakyat Somalia", kata organisasi terbesar negara Islam yang bermarkas di Arab Saudi itu, lapor AFP.
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu pekan lalu mendesak OKI yang beranggotakan 57 negara bersidang untuk membantu Somalia, kata kantor berita Turki Anatolia.
Negara-negara anggota OKI berkumpul di Istanbul bulan lalu untuk mengkoordinasikan tanggapan darurat bagi kekeringan terburuk di Somalia yang menimbulkan bencana kelaparan.
OKI akan mulai membagikan bantuan bagi sekitar 40.000 orang di koridor Afgooye dekat Mogadishu berdasarkan kesepakatan dengan Badan Pangan Dunia PBB (WFP), kata Ihsanoglu pada saat itu.
PBB telah mengumumkan Mogadishu dan empat wilayah Somalia selatan sebagai zona kelaparan serta memperingatkan bahwa kelaparan bisa meluas ke seluruh penjuru negara itu.
Kondisi itu diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan gerilyawan Al-Shabaab.
Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan pada Juli mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011