Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai sektor publik dan swasta masih sulit mengadopsi dan mengakses instrumen keuangan berkelanjutan, sehingga hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.
Padahal, perkembangan instrumen keuangan berkelanjutan sejak 2007 menunjukkan tren yang menggembirakan, tak hanya secara volume, tetapi dalam berbagai jenis instrumennya.
"Kami memiliki instrumen keuangan pasar modal, seperti obligasi hijau, berkelanjutan, terkait keberlanjutan, dan sosial, serta pasar pinjaman instrumen seperti pinjaman hijau dan pinjaman berkelanjutan," ucap Perry dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Jumat.
Ia pun menyadari beberapa lembaga keuangan global mulai memanfaatkan instrumen pasar uang hijau, seperti repo hijau atau berkelanjutan, surat komersial hijau atau berkelanjutan, dan derivatif hijau atau terkait environmental, social & governance (ESG).
Maka dari itu, dalam mengatasi hambatan tersebut dibentuk lah alur kerja kedua Kelompok Kerja Keuangan Berkelanjutan G20 (SFWG), yakni meningkatkan instrumen keuangan berkelanjutan dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan.
Negara-negara G20 harus berkoordinasi dan bekerja sama dalam mengatasi masalah bersama, seperti standar, alat penyelarasan pasar termasuk untuk pelaporan dan persyaratan pengungkapan, metrik data ESG, dan layanan verifikasi.
"Tidak hanya berbagai instrumen, ini relevan untuk pemerintah, otoritas sektor keuangan, dan sektor swasta untuk bersama-sama menciptakan ekosistem keuangan berkelanjutan yang akan mendukung peningkatan aspirasi," tegas Perry.
Dirinya berpendapat hal tersebut penting karena instrumen tidak dapat berfungsi dengan baik secara sendirian.
Pasar instrumen keuangan berkelanjutan domestik yang kredibel dan efisien tak dapat diciptakan tanpa ketersediaan entitas lokal yang memberikan verifikasi, sertifikasi, pelabelan, dan jasa konsultasi.
Dengan demikian, sebuah ekosistem mengatur proses penting yang mendukung stabilitas sistem dan menjaga keseimbangan di antara para pemain kuncinya.
Baca juga: BI: Obligasi berkelanjutan global catat rekor, capai 859 miliar dolar
Baca juga: BI : Neraca pembayaran RI 2021 tetap baik, surplus 13 miliar dolar
Baca juga: BI dan PWNU Jatim sepakati kerja sama pengembangan ekonomi pesantren
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022