Jakarta (ANTARA) - Para peneliti China telah memperbarui model kronologi yang paling banyak digunakan untuk memberikan skala waktu yang lebih akurat bagi penelitian Bulan dan planet.

Model kronologi Bulan disusun dengan mengaitkan usia radiometrik sampel yang dibawa oleh misi Apollo dan Luna yang diukur di laboratorium dengan hasil kompilasi persebaran kawah dari lokasi-lokasi tersebut, menurut sebuah artikel penelitian yang belum lama ini diterbitkan jurnal Nature Astronomy.

Model-model serupa telah banyak digunakan untuk menentukan usia absolut berbagai wilayah di Bulan, serta digeneralisir untuk menentukan usia permukaan benda-benda berbatu di Tata Surya bagian dalam.

Meski demikian, masih ada jarak antara tiga miliar tahun dan satu miliar tahun yang lalu dalam usia-usia sampel sebelumnya, yang hampir separuh dari sejarah Bulan.

Penyelidikan Chang'e-5 membawa pulang material basal dari daerah mare muda yang usianya telah ditentukan secara radiometrik berada di tengah jarak usia tersebut, yaitu sekitar dua miliar tahun.

Berbasis pada analisis persebaran kawah berdasarkan frekuensi ukuran, para peneliti dari Institut Penelitian Informasi Antariksa di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) memperbarui model Neukum (1983) dan menetapkan model kronologi Bulan yang baru.

Mereka menemukan bahwa model yang telah diperbarui itu sesuai dengan gabungan penurunan eksponensial dan laju linear. Dibandingkan dengan model kronologi lama, model baru ini menetapkan usia yang lebih tua dalam sebagian besar kasus, dengan perbedaan maksimum sekitar 200 juta tahun.

Hasil ini memiliki implikasi penting bagi kronologi dan sejarah dampak Tata Surya bagian dalam.

Selain itu, model kronologi Bulan yang telah diperbarui ini diharapkan dapat menyempurnakan model kronologi planet-planet berbatu seperti Mars dan Merkurius dengan akurasi tinggi.

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022