Singapura (ANTARA) - Pasar saham di Asia tergelincir pada perdagangan Jumat pagi, dan emas berdiri di level tertinggi delapan bulan setelah baku tembak di Ukraina timur dan peringatan baru Amerika Serikat tentang invasi Rusia yang mungkin akan segera terjadi membuat investor mencari keamanan menjelang akhir pekan.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,3 persen di awal perdagangan. Indeks Nikkei Jepang jatuh 1,4 persen, saham Korea dan saham Australia masing-masing turun 1,0 persen.
Di Wall Street semalam, penurunan indeks Dow Jones 1,8 persen adalah sesi terburuk tahun ini, indeks S&P 500 anjlok 2,1 persen dan Nasdaq merosot 2,9 persen. Emas melesat ke level tertinggi delapan bulan di 1.900 dolar AS per ounce dan menahan kenaikannya.
"Pasar akan sangat waspada atas kemungkinan invasi Rusia minggu depan setelah Olimpiade Beijing selesai," kata analis di ANZ Bank dalam sebuah catatan.
Pemberontak yang didukung Rusia dan pasukan Kyiv saling menuduh bahwa masing-masing telah menembak melintasi garis gencatan senjata pada Kamis (17/2/2022) dan presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa invasi Rusia "akan terjadi dalam beberapa hari ke depan."
Investor takut akan perang yang lebih luas karena salah satu krisis terdalam dalam hubungan pasca-Perang Dingin terjadi, dengan Rusia menginginkan jaminan keamanan, termasuk Ukraina yang tidak pernah bergabung dengan NATO.
Mata uang safe-haven semalam seperti yen Jepang dan franc Swiss naik ke level tertinggi dua minggu terhadap dolar, dengan yen sedikit lebih tinggi di Asia menjadi 114,84 per dolar.
Obligasi pemerintah menguat dengan imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun turun tujuh basis poin (bps) semalam dan dua basis poin lagi di awal perdagangan Tokyo menjadi 1,9493 persen. Imbal hasil dua tahun juga turun dua basis poin menjadi 1,4436 persen di perdagangan Asia.
Langkah tersebut menghilangkan dukungan awal yang telah menyapu harga aset-aset dengan pernyataan Rusia tentang penarikan beberapa pasukannya dari daerah perbatasan meskipun minyak, yang melonjak pada saat-saat tegang dalam krisis, telah turun sepanjang minggu.
Minyak mentah berjangka Brent terakhir diperdagangkan stabil di 92,97 dolar AS per barel, sekitar 4,0 persen di bawah puncak Senin (14/2/2022), dan minyak mentah AS melayang di 91,63 dolar AS per barel.
Kekhawatiran tentang konflik di Ukraina datang ketika pasar yang sudah terguncang oleh prospek suku bunga yang dapat memiliki tujuh kenaikan Federal Reserve tahun ini.
Presiden Fed St. Louis James Bullard pada Kamis (17/2/2022) mengulangi seruannya agar suku bunga dana Fed dinaikkan menjadi 1,0 persen pada Juli untuk memerangi inflasi yang sangat tinggi dan suku bunga dana fed berjangka memperkirakan sepertiga kemungkinan kenaikan 50 basis poin bulan depan untuk memulai.
Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan laju kenaikan harus lebih cepat dari siklus sebelumnya.
"Pasar sangat bergejolak baru-baru ini dan hampir semua orang menyesuaikan seruan kenaikan Fed mereka lebih tinggi," kata ahli strategi NatWest Markets Jan Nevruzi.
"Konsensus tampaknya berkisar antara 5 (pandangan kami) dan 7 (setiap pertemuan) kenaikan dan saya yakin jumlah yang tepat berada di antara keduanya. Mengingat tren pertumbuhan yang kuat dan inflasi yang meningkat, tidak akan terlalu mengejutkan untuk melihat kenaikan di setiap pertemuan mulai sekarang," kata Nevruzi.
Pada Jumat, Jepang melaporkan inflasi bulan kelima berturut-turut, dengan harga energi mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam 41 tahun.
Di tempat lain di pasar mata uang, dolar mempertahankan tawarannya dan menguat pada 1,1359 dolar per euro dan 0,7181 dolar per Aussie.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022