Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi aksi terorisme di hadapan peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XVII Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan mahasiswa Universitas Pertahanan.

Ketiga pendekatan itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa, guna melengkapi pemaparan hasil seminar Lemhannas yang bertajuk "Mencegah dan Menindak Terorisme dalam rangka Ketahanan Nasional".

"Pendekatan pertama adalah `nation in arms`. Guna menghadapi ancaman yang serius terhadap negara maka bangsa bersatu untuk menghadapi bersama," katanya.

Presiden memaparkan konsep "nation in arms" yang berasal dari kenangan bangsa Perancis tentang perang besar di Dijon yang pada prinsipnya adalah seluruh bangsa bersatu berjuang bersama.

Indonesia, menurut Presiden, dahulu juga pernah menerapkan konsep itu dalam "perang rakyat semesta".

Kepala Negara menilai dalam skala yang berbeda ancaman yang diberian oleh aksi terorisme serupa dengan perang konvensional maka perlu ditanggulangi dengan kebersamaan.

Hal yang sama, kata Presiden, dapat diterapkan pada sejumlah tindak kejahatan serius yang lain, misal korupsi dan narkotika.

Ia menilai untuk kejahatan skala besar tidak mungkin penyelesaiannya hanya diserahkan kepada aparat penegak hukum.

Presiden kemudian mencontohkan tanggung jawab dan peran masyarakat itu misal dapat terwujud dalam apa yang disebut sebagai "neighborhood watch" dan peran tokoh masyarakat untuk melakukan pencegahan di tingkat bawah.

Pendekatan kedua, kata Presiden, adalah kesadaran seluruh elemen bangsa bahwa terorisme adalah suatu bentuk kejahatan luar biasa.

"Society harus disadarkan betul bahwa ini adalah ancaman, jangan dianggap biasa-biasa," katanya.

Pendekatan ketiga, lanjut Presiden, adalah penggunaan metode pemecah persoalan yaitu menghilangkan penyebabnya.

"Tentu untuk menghadapi terorisme akan lebih kompleks namun akan terlihat penyebabnya," kata Presiden.

Ia menambahkan bahwa alasan setiap organisasi tentu tidak sama, antara lain ada yang disebabkan oleh kebencian, tafsir yang salah dari kitab suci atau juga perasaan ditinggalkan, misal kemiskinan dan kebodohan.

Lebih lanjut Kepala Negara menegaskan keperluan untuk membahas dengan serius permasalahan terorisme karena tindak terorisme yang menimbulkan kerugian material dan korban jiwa akan selalu ada di dunia.

Pada kesempatan itu Presiden juga menyebutkan mengenai keperluan untuk terus melakukan deradikalisasi.

Seusai menyampaikan pandangannya mengenai upaya memberantas terorisme, Kepala Negara kemudian berbuka bersama dengan 79 peserta PPSA XVII, 120 mahasiswa Universitas Pertahanan dan sejumlah menteri kabinet.(*)

(T.G003/S024)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011