Washington (ANTARA) - Para pejabat Federal Reserve bulan lalu sepakat bahwa dengan inflasi memperketat cengkeramannya pada ekonomi dan lapangan kerja yang kuat, sudah waktunya untuk menaikkan suku bunga.

Namun setiap keputusan The Fed akan bergantung pada analisis pertemuan demi pertemuan tentang inflasi dan data lainnya, ungkap risalah pertemuan kebijakan 25-26 Januari 2022.

Laporan sesi pertemuan dua hari menunjukkan bank sentral AS bersiap untuk melawan laju kenaikan harga tercepat sejak 1980-an, dengan para pejabat mengatakan bahwa sementara mereka masih memperkirakan inflasi mereda sepanjang tahun.

"Sebagian besar peserta mencatat bahwa, jika inflasi tidak turun seperti yang mereka harapkan, akan tepat bagi Komite (Pasar Terbuka Federal) untuk menghapus akomodasi kebijakan lebih cepat daripada yang mereka antisipasi saat ini," bunyi risalah tersebut.

Para pejabat Fed mengatakan kekuatan ekonomi dan laju inflasi yang tinggi saat ini akan menjamin kenaikan suku bunga lebih cepat daripada laju per kuartal yang terlihat selama siklus pengetatan yang dimulai pada 2015 - sebuah pernyataan yang menurut beberapa analis mungkin menunjuk ke kenaikan suku bunga pada setiap pertemuan tahun ini.

The Fed bertemu delapan kali per tahun, atau kira-kira setiap enam sampai tujuh minggu.

Tetapi, dengan Amerika Serikat yang masih mendekati puncak infeksi virus corona ketika pertemuan kebijakan terakhir diadakan, risalah tersebut tidak memberikan indikasi yang jelas bahwa para pembuat kebijakan menganut jalur tertentu - dan terutama, tidak masuk akal mereka akan memulai kenaikan biaya pinjaman di pertemuan mereka yang akan datang pada Maret dengan kenaikan setengah poin persentase dalam suku bunga acuan overnight.

The Fed dalam beberapa tahun terakhir telah terjebak dengan kenaikan seperempat poin persentase yang lebih kecil dan biasanya diantisipasi dengan baik.

Di antara pejabat Fed yang telah membuat komentar publik tentang kebijakan moneter sejak pertemuan Januari, sebagian besar menyukai kenaikan awal yang lebih kecil, termasuk dua yang berbicara pada Rabu (16/2/2022).

Meskipun terkejut dengan persistensi inflasi, "para peserta menekankan bahwa jalur kebijakan yang tepat akan bergantung pada perkembangan ekonomi dan keuangan serta implikasinya terhadap prospek dan risiko di sekitar prospek," bunyi risalah tersebut.

Pejabat Fed "akan memperbarui penilaian mereka tentang pengaturan yang tepat untuk sikap kebijakan di setiap pertemuan."

Imbal hasil obligasi turun dan saham pada keseimbangan bergerak lebih tinggi setelah rilis risalah. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 2-tahun yang umumnya paling sensitif terhadap ekspektasi suku bunga Fed, turun menjadi 1,52 persen dari 1,55 persen dan indeks S&P 500 naik ke wilayah positif hari ini.

Setelah pertemuan kebijakan Januari, pejabat Fed mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa akan "segera sesuai" untuk menaikkan suku bunga acuan overnight bank sentral dari level mendekati nol.

Tetapi pembuat kebijakan belum berkomitmen lebih dari sekadar gagasan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan 15-16 Maret dan kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga sepanjang tahun, tergantung pada bagaimana inflasi merespons.

Investor telah mulai memperkirakan prospek bahwa Fed akan menaikkan target suku bunganya sebesar setengah poin persentase bulan depan, tetapi mereka sekarang melihat kenaikan seperempat poin sebagai kemungkinan yang lebih besar.

"Sementara risalah pertemuan FOMC akhir Januari mendahului rilis data pasar tenaga kerja dan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan yang mencakup bulan lalu, para pejabat tampaknya tidak serius mempertimbangkan kenaikan suku bunga 50 basis poin untuk memulai siklus pengetatan atau kenaikan pada masing-masing dari tujuh pertemuan kebijakan yang tersisa tahun ini," kata Paul Ashworth, kepala ekonom Amerika Utara di Capital Economics.

Baca juga: Wall St ditutup beragam, S&P 500 naik tipis setelah rilis risalah Fed
Baca juga: Dolar jatuh, investor lihat risalah bank sentral AS kurang "hawkish"
Baca juga: Emas bangkit 8,2 dolar dari kerugian, data pekerjaan AS mengecewakan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022