Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, menemukan peredaran makanan yang diduga mengandung borak dan formalin di pasar tradisional di daerah itu.
Kasi Kesehatan Tradisional dan Makanan Minuman Dinkes Lampung Selatan Ridwan Sani di Kalianda, Senin, mengatakan, makanan yang diduga mengandung borak dan formalin tersebut ditemukan di sejumlah pedagang Pasar Inpres Kalianda diantaranya pedagang mie basah, tahu, cendol, cincau dan makanan untuk buka puasa lainnya.
Dia mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel dari sejumlah makanan tersebut untuk diteliti dengan tes cepat milik Dinas Kesehatan, kemungkinan akan segera dapat diketahui dengan jelas hasil maksimal dalam dua hari ini.
"Kami mencurigai adanya zat tersebut dengan melihat ciri-ciri fisik makanan tersebut lalu petugas mengambil sampel untuk penelitian," imbuhnya.
Dia menjelaskan, nantinya setelah ada kejelasan hasil tes sampel tersebut memang benar-benar mengandung formalin dan borak maka pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menenentukan kebijakan selanjutnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga menemukan adanya makanan "bermasalah" di sejumlah pasar Kecamatan Natar untuk makanan jenis roti kering yang di jual bebas oleh para pedagang.
Menurut keterangannya, makanan-makanan tersebut secara fisik masih baik namun tidak mencantumkan label dari Depkes RI, tidak ada label halal dan tidak memiliki tanggal berlaku.
"Produk tersebut tidak layak jual meskipun dalam kondisi baik secara fisik,"katanya.
Dia mengharapkan, kepada para konsumen untuk mewaspadi makanan-makanan bermasalah tersebut yang beredar di seluruh pusat perdagangan kabupaten setempat.
Dia menambahkan, zat formalin dan borak merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai penyakit dalam tubuh meskipun dampaknya tidak secara langsung.
(ANT-048/M027)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011