Jakarta (ANTARA News)- Bursa Efek Indonesia (BEI) dilanda aksi lepas saham menyusul merosotnya indeks Hang Seng sebesar tiga persen akibat diturunkannya peringkat utang AS dari AAA menjadi AA atau turun satu not oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor.
Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan di Jakarta, mengatakan, merosotnya indeks Hang Seng memberikan sentimen negatif terhadap BEI sehingga terjadi penjualan saham oleh pelaku pasar terhadap saham unggulan dan lapis dua.
Pelaku pasar cenderung melepas saham industri otomotif, tambang, industri rokok dan perbankan, setelah mengalami kenaikan yang cukup tajam, katanya.
Menurut dia, penurunan peringkat utang AS itu menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap penjualan obligasi AS dinilai negatif karena mengandung resiko.
Meski pasar AS saat ini masih belum bereaksi dengan diturunkannya peringkat utangnya, karena pasarnya sedang menyambut hari libur, namun pada hari Selasa (hari berikutnya) pasar New York juga bereaksi negatif sebagaimana bursa Hong Kong, katanya.
Ia mengatakan, penjualan saham-saham itu merupakan yang terbesar pada saat ini sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah hampir 3,5 persen.
Namun aksi lepas saham itu diperkirakan hanya sementara setelah indeks BEI sempat naik mendekati level 4.200 poin, ucapnya.
Ia mengatakan, pelaku pasar terlihat lebih banyak melepas saham perbankan seperti saham Bank Mandiri terjual sebanyak 15,06 juta unit dengan nilai Rp106,11 miliar pada kurs akhir Rp7.050 atau turun Rp300 dan saham Bank BCA melemah Rp300 menjadi Rp800 dengan volume transaksi sebanyak 7,100 juta unit senilai Rp56,65 miliar.
Selain itu saham Astra Internasional turun Rp2.150 menjadi Rp65.050 dan terjual sebanyak 1,56 juta lembar dengan nilak Rp102.50 miliar dan saham United Tractor berhasil dilepas sebanyak 1,46 juta unit pada kurs Rp23.500 atau turun Rp750 dengan nilai transaksi mencapai 34,52 miliar.
Kemudian saham Indo Tambang Megah turun Rp1.750 menjadi Rp43.000 dan saham industri rokok Gudang Garam melemah Rp1.250 menjadi Rp49.900.
Ditanya kapan pasar akan kembali rebound (membaik), menurut dia, dalam waktu tidak lama, karena ekonomi nasional tetap tumbuh 6,5 persen dan Indonesia diperkirakan akan menjadi negara emerging market yang akan berhasil meraih `Investment Grade`.
Sementara itu, Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, indeks yang mengalami tekanan pasar kemungkinan masih dapat bertahan pada kisaran antara 3.780-3.790 poin.
Indeks akan masih tertekan, karena pelaku terus melakukan aksi lepas terhadap saham-saham unggulan yang harganya sudah cukup tinggi, katanya.
Namun aksi lepas itu tidak akan lama, karena pelaku telah memilah bahwa dana yang akan diinvestasikan di emerging market harus segera dilakukan, karena pasar tersebut masih memberikan imbal hasil yang lebih baik. (H-CS)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011