Kairo (ANTARA News) - Kelompok-kelompok Palestina yang bersaing, Hamas dan Fatah, memulai perundingan Minggu di Mesir dalam upaya melaksanakan sebuah perjanjian rekonsiliasi yang dicapai pada Mei, demikian disiarkan kantor berita MENA.
Kedua pihak melakukan pembicaraan dengan dihadiri para pejabat intelijen Mesir, kata MENA, dengan menambahkan bahwa delegasi Fatah dipimpin oleh Azzam al-Ahmed dan Hamas oleh Musa Abu Marzuq.
Sakhr Bssisso, seorang pejabat Fatah, mengatakan, perundingan itu dipusatkan pada "mekanisme pelaksanaan perjanjian rekonsiliasi" dalam segala aspek, termasuk pembentukan pemerintah baru Palestina -- salah satu rintangan utama dalam pelaksanaan perjanjian tersebut.
Juru bicara Hamas, Sami Abu Zahri, mengatakan kepada AFP, Sabtu, kelompoknya "sungguh-sungguh ingin melaksanakan perjanjian itu secepat mungkin".
Namun, ia menambahkan, ada beberapa halangan, terutama sikap keras Fatah untuk tetap memasang Salam Fayyad sebagai kepala pemerintah.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmud Abbas mengulangi seruannya bagi pembentukan pemerintah yang mencakup kalangan independen, setelah pembicaraan di Amman dengan Raja Yordania Abdullah II.
"Kami mengatakan lebih dari sekali bahwa pemerintah Palestina yang ingin kami bentuk adalah bukan pemerintah koalisi atau persatuan nasional," kata Abbas, seperti dikutip kantor berita Yordania Petra.
"Kami mengupayakan pembentukan pemerintah transisi para independen," kata Abbas, yang membahas rekonsiliasi Palestina dengan Raja Abdullah II.
Pada awal Mei Fatah dan Hamas menandatangani sebuah perjanjian persatuan di Kairo dan bertemu dua kali sejak itu untuk membahas pembentukan pemerintah sementara, yang akan menyelenggarakan pemilihan umum pada Mei 2012.
Namun, pertemuan lanjutan antara Abbas dan pemimpin Hamas Khaled Meshaal ditangguhkan.
Pembicaraan kedua pihak dikabarkan macet karena ketidaksepakatan mengenai siapa yang akan menjadi perdana menteri. Abbas dan pemerintah Fatah yang dipimpinnya menginginkan Fayyad tetap menjadi PM, meski Hamas sangat menentangnya.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina sempat terpecah menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.
Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza selama 22 hari pada akhir 2008 dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011