Bandung (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan industri pertahanan dan keamanan dapat menjadi pilar strategis dan daya dukung bangsa yang secara keseluruhan mendukung perekonomian nasional.
"Karena strategis maka industri ini juga masuk dalam MP3EI dan secara spesifik ditempatkan di koridor Jawa. Dan untuk sukses harus ada keberpihakan, pemerintah telah memberikan instruksi peralatan persenjatan yang sudah bisa dibuat wajib digunakan dalam negeri," ujarnya saat melakukan kunjungan kerja ke PT Pindad di Bandung, Minggu.
Namun, menurut Hatta tersebut tidaklah cukup, karena potensi pengembangan industri ini sangat besar dan tidak ada negara dapat maju tanpa dukungan ilmu pengetahuan serta industri alutista yang memadai.
"Kita bersyukur Pindad tidak membawa beban masa lalu atau utang yang memberatkan dan kita telah sepakat dengan DPR untuk melakukan restrukturisasi serta memberikan injeksi modal untuk tumbuh sehat," ujarnya.
Untuk itu, ia mengharapkan setelah diberikan modal, PT Pindad dapat memberikan aksi korporasi yang lebih transparan dan akuntabel agar nantinya tidak lagi bergantung kepada dana APBN.
"Kalau beban masa lalu masih menyeret, maka akan sulit untuk berkembang. Minggu depan saya akan rapat membahas program utang luar negeri. Kita ingin mengurangi beban utang sebesar-besarnya dan menggunakan potensi sumber daya dalam negeri. Tentunya ingin Pindad menjadi basis industri senjata terkemuka di ASEAN dan dunia," ujar Hatta.
Hatta optimistis, kesuksesan industri strategis nasional terutama PT Pindad ini bisa terealisasi dengan potensi besar yang dimiliki melalui sumber daya manusia (SDM).
Menurut dia, banyak tenaga kerja Indonesia yang cerdas dan tengah dibidik untuk bekerja sekaligus mengembangkan industri pertahanan di negara lain.
"Sering sekali para tenaga ahli kita diming-imingi untuk pindah ke negera lain untuk mengembangkan industri pertahanan mereka. Hal ini sangat disayangkan," kata dia.
Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono mengatakan sejak 2007, perusahaan persenjataan nasional ini mengalami perkembangan baik dari sisi produksi, pangsa pasar hingga penjualan.
Tahun 2009, total penjualan untuk alutsista mencapai Rp773 miliar dan non alutsista mencapai Rp213 miliar, kemudian 2010, total penjualan alutsista menembus Rp675 miliar dan non alutsista mencapai Rp416 miliar.
"Tahun ini, total penjualan alutsista mencapai Rp903 miliar dan non alutsista mencapai Rp510 miliar," ujar Adik.
Menurut dia, kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan industri persenjataan nasional adalah kebutuhan bahan baku karena kebanyakan masih merupakan impor dari negara lain.
"Kami lebih senang kalau dapat bahan baku dari dalam negeri karena proses lebih mudah dipantau dan diperhatikan. Kami sedang mengupayakan itu," katanya.
Dari total penjualan PT Pindad tahun ini, 80 persen untuk kebutuhan Tentara Nasional Indonesia (TNI), 10 persen untuk kepolisian, 5 persen untuk ekspor, dan 5 persen untuk kebutuhan lainnya.
Sementara dari produksi dan penjualan alutsista hingga saat ini masih didominasi oleh kendaraan khusus tempur sebesar Rp398 miliar, amunisi yang mencapai Rp341 miliar, dan senjata Rp164 miliar.
Sedangkan dalam nota keuangan APBN 2011, PT. Pindad memperoleh alokasi anggaran Rp400 miliar dan meningkat menjadi Rp558 miliar dalam APBN Perubahan 2011. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011