Sejumlah kecil gerilyawan bersenjata dari kelompok tersebut masih berada di ibu kota Somalia yang dilanda perang itu setelah penarikan mengejutkan Al-Shabaab pada Sabtu pagi, dan bentrokan-bentrokan terjadi, lapor AFP.
"Pasukan pemerintah dan Uni Afrika memasuki sejumlah posisi, termasuk stadion Mogadishu," kata Yusuf Dhegobadan, seorang perwira militer senior Somalia.
"Kami masih tetap bergerak maju dengan sangat hati-hati ke markas gerilyawan Al-Shabaab," katanya kepada wartawan dalam pernyataan di stadion Mogadishu, yang hingga Sabtu masih menjadi markas gerilyawan.
Pasukan pemerintah yang didukung AU memerangi gerilyawan Al-Shabaab di Mogadishu untuk mengamankan rute pengiriman bantuan bagi korban kekeringan yang mengancam lebih dari 12 juta orang di Somalia dan beberapa negara lain Afrika timur.
Sampai Sabtu pagi, pasukan pemerintah dan AU hanya menguasai separuh Mogadishu, termasuk bandara dan pelabuhan, sementara Al-Shabaab mengendalikan wilayah timurlaut ibu kota Somalia tersebut.
"Ada sejumlah kecil gerilyawan Al-Shabaab yang berusaha memanfaatkan pergerakan maju pasukan kami, dengan melancarkan serangan-serangan nekad," kata Dhegobadan.
"Namun, kami bergerak maju dengan hati-hati, dan kami segera melenyapkan mereka," tambahnya.
Para pejabat pemerintah merayakan penarikan Al-Shabaab dari Mogadishu, namun seorang juru bicara kelompok garis keras itu mengatakan, Sabtu, penarikan itu hanya "sebuah perubahan taktik militer".
Somalia kini dilanda kelaparan parah akibat kekeringan terburuk yang terjadi negara itu, dan PBB telah mengumumkan Mogadishu dan empat wilayah Somalia selatan sebagai zona kelaparan serta memperingatakan bahwa kelaparan bisa meluas ke seluruh penjuru negara itu.
Kondisi itu diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan gerilyawan Al-Shabaab.
Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan pada Juli mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.(M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011