Bogor (ANTARA News) - Patriotisme atau semangat membela Tanah Air, harus ditanamkan dan ditularkan pada generasi muda bangsa, agar mereka memiliki rasa nasionalisme yang diwariskan para pendiri bangsa, kata Ketua Yayasan Islamic Center (YIC) Al-Ghazaly, KH Mustofa Abdullah.
"Patriotisme harus ditanamkan dan ditularkan, terutama kepada generasi muda. Ini penting, agar saat mereka tumbuh dewasa, dapat menjadi generasi yang memiliki komitmen terhadap masalah kebangsaan," kata Mustofa Abdullah Bin Nuh di Bogor, Ahad.
Dikatakannya, semangat patriotisme penting ditanamkan, agar timbul rasa cinta dan rasa memiliki Tanah Air. Patriotisme akan menumbuhkan nasionalisme.
"Kita perlu menanamkan semangat patriotisme, semangat berjuang pantang mundur dalam memberikan yang terbaik bagi Tanah Air," kata Mustofa Abdullah Bin Nuh yang juga mustasyar PCNU Kota Bogor.
Menurut Mustofa, momentum peringatan kemerdekaan Indonesia yang dirayakan sepanjang Agustus pada setiap tahun, jangan hanya dijadikan ritual atau seremonial saja. Namun harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk menanamkan nilai-nilai kejuangan bagi segenap anak bangsa.
"Peringatan kemerdekaan yang kita rayakan setiap 17 Agustus, perlu dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali semangat patriotisme bangsa," paparnya.
Dia mengemukakan, saat ini dirinya melihat kecenderungan penurunan semangat patriotisme. Hal itu antara lain ditunjukkan dengan semakin melemahnya ikatan nasionalisme dan mulai memudarnya spirit bhineka tunggal ika.
"Banyak peristiwa kekerasan yang muncul hanya karena dilatarbelakangi perbedaan faham, keyakinan atau agama. Fenomena ini merupakan ancaman bagi keutuhan dan kelangsungan NKRI.
Oleh karena itu, guna menguatkan kembali semangat patriotisme dan ikatan nasionalisme, Pesantren YIC Al-Ghazaly dalam sebulan terakhir menggagas sejumlah kegiatan besar yang mengetengahkan tema penguatan dan pengukuhan NKRI.
Kegiatan yang telah digagas YIC Al-Ghazaly, yakni latihan bela negara yang menyertakan ratusan pelajar lintas agama pada Juli, stadium general bersama KH Hasyim Muzadi pada 28 Juli, dan prngajian bersama Sinta Nuriyah Wahid pada 3 Agustus.(*)
(ANT-053/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011