Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menegaskan kebebasan berekspresi media massa Denmark tidak bisa dijadikan alasan untuk melecehkan atau menyerang simbol suatu agama tertentu. "Indonesia juga merupakan negara demokrasi dan menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, tetapi kebebasan tidak bisa menjadi alasan untuk melakukan pelecehan agama," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI, Yuri O Thamrin, di Jakarta, Rabu. Kaum Muslimin di Denmark dan seluruh dunia telah memprotes 12 kartun yang disiarkan surat kabar Jyllands-Posten di Denmark pada September lalu, karena menampilkan pencitraan Nabi Muhamad yang dianggap sebagai penghujatan. Indonesia, tegasnya, bersama negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), yaitu Mesir, Turki, Pakistan, Iran dan lainnya telah menyampaikan protes keras kepada Pemerintah Denmark dalam KTT Luar Biasa di Mekkah sejak Desember tahun lalu. Protes ini, ujar Yuri, merupakan protes tingkat tinggi yang tidak saja dilayangkan oleh satu negara tetapi oleh banyak negara Islam. Bahkan, urainya, OKI juga telah mengeluarkan resolusi mengenai Combating Religious Defamation (Perlawanan terhadap Penistaan Agama) di PBB yang juga disponsori oleh Indonesia. Namun, ia menyesalkan tanggapan pemerintah Denmark yang menyatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan apa pun mengenai masalah tersebut dengan menggunakan alasan kebebasan berekspresi media massa. Perdana Menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen, pada Minggu mengatakan pemerintahnya tidak dapat bertindak atas pemuatan kartun-kartun Nabi Muhammad pada sebuah suratkabar negara itu setelah Libya menutup kedubesnya di Kopenghagen di tengah kemarahan umat Islam yang meningkat atas masalah itu. Sejak Jyllands-Posten menerbitkan kartun-kartun itu September lalu, pemerintah Denmark berulang kali membela hak kebebasan berbicara. "Pemerintah tidak dapat mempengaruhi media. Dan pemerintah Denmark dan negara Denmark karena itu tidak dapat bertanggungjawab atas apa yang diterbitkan oleh media independen," kata Fogh Rasmussen. Karikatur itu antara lain menggambarkan Nabi Muhammad memakai sorban berbentuk bom waktu dan memperlihatkan Nabi sebagai orang Badui dengan mata terbeliak sedang menghunus pedang, ditemani dua wanita berbusana hitam. Gambar tersebut dicetak kembali dalam sebuah majalah Norwegia pada awal bulan lalu, sehingga memicu kemarahan di kalangan negara Islam. Awal pekan lalu, Arab Saudi memanggil pulang dubesnya dari Denmark dan para pemimpin agama negara itu juga mendesak pemboikotan produk-produk Denmark, sedangkan Qatar mengutuk penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad itu. (*)
Copyright © ANTARA 2006