Depok (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Dr. dr. Astuti Giantini mengatakan pendirian RSUI untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, sekaligus sebagai lokasi untuk mendidik calon tenaga kesehatan Universitas Indonesia (UI).
"Rumah sakit tersebut didesain dengan konsep pelayanan komprehensif bersama Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), dalam klaster-klaster dengan sistem pendidikan interprofessional," kata Astuti dalam siaran pers UI di Depok, Selasa.
RSUI baru beroperasi satu tahun ketika COVID-19 mewabah di Indonesia. Dengan segala tantangan dan keterbatasan yang dimiliki, secara cepat RSUI berhasil mengembangkan dirinya menjadi rumah sakit rujukan untuk penanganan COVID-19.
Di usianya yang masih belia, Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) memberi kontribusi yang relatif membanggakan. Sumbangsih RSUI bagi masyarakat setempat terasa sekali di masa pandemi COVID-19.
Baca juga: RSUI targetkan vaksin booster hingga 500 per hari
Baca juga: Permudah layanan pasien, Rumah Sakit UI sediakan bus gratis
Sekretaris Universitas UI dr. Agustin Kusumayati mengatakan kata kunci untuk dapat terus bertahan dan terus berkembang adalah kolaborasi dan kerja sama. Itu ditampakkan oleh tema yang diusung pada ulang tahun yang ke-3 RSUI.
Untuk itu RSUI yang berusia tiga tahun ini menggelar kegiatan Seminar Nasional yang mengusung tema “Collaboration, Innovation and Integration In Healthcare Industry” dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai pemikiran yang berkaitan dengan pihak terkait secara internal dan eksternal RSUI dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Seminar nasional menghadirkan Menteri Kesehatan RI Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU sebagai pembicara kunci (keynote speaker) dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang diwakili oleh Plt. Direktur Riset Teknologi, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat Prof. Teuku Faisal Fathani.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, dengan adanya pandemi COVID-19, yang menjadi masalah kesehatan global dan berdampak pada pelayanan kesehatan di seluruh dunia.
Di level nasional, pandemi mengakibatkan distruksi terhadap ketahanan sistem kesehatan nasional. Untuk itu, Budi mengatakan guna memulihkan pembangunan kesehatan perlu menggunakan kapasitas negara melalui konsep pentahelix.
Dengan konsep ini, yakni kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri atau pelaku usaha, komunitas/masyarakat, dan media diharapkan dapat mewujudkan Sustainable Development Goals untuk mencapai percepatan pembangunan ekonomi, ketahanan pangan, dan kesejahteraan.
"Kementerian Kesehatan telah berupaya melakukan transformasi sistem kesehatan yang berfokus pada enam pilar utama, yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan," ujar Budi.
Sedangkan Prof. Teuku Faisal Fathani, ia menyampaikan tema dalam kegiatan seminar nasional ini sejalan dengan terobosan dan kebijakan strategis di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Hal ini berkaitan dengan kebijakan Kemendikbudristek dalam mendukung kemandirian kesehatan bangsa, yaitu Inovasi Merah Putih Kampus Merdeka.*
Baca juga: ILUNI UI dukung RSUI berikan layanan kesehatan berbasis AI
Baca juga: RSUI terima dukungan pengadaan fasilitas kesehatan dari Bank Mandiri
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022