Seoul (ANTARA) - Serangkaian gempa kecil alamiah telah melanda wilayah di dekat situs uji coba nuklir Korea Utara yang tertutup, menurut Korea Selatan.
Peristiwa itu menyoroti ketidakstabilan geologis di daerah tersebut ketika Korut mengisyaratkan untuk melanjutkan pengujian pertama sejak 2017.
Sedikitnya empat gempa bumi telah menghantam wilayah itu dalam lima hari terakhir, menurut badan meteorologi Korea Selatan (KMA) di Seoul.
Gempa terakhir pada Selasa (15/2) pagi tercatat berkekuatan 2,5 magnitudo dan berpusat sekitar 36 kilometer dari Situs Uji Coba Nuklir Punggye-ri.
Dua gempa 2,3 magnitudo dilaporkan terjadi di daerah itu pada Senin (14/2) dan sebuah gempa 3,1 magnitudo terjadi pada Jumat (11/2).
Punggye-ri di timur laut Korut merupakan satu-satunya fasilitas Korut yang diketahui digunakan untuk melakukan uji coba nuklir.
Uji coba terakhir diketahui dilakukan pada September 2017 saat Korut meledakkan bom nuklir keenam dan terbesarnya yang diklaim sebagai senjata termonuklir.
Baca juga: Kim Jong Un sebut pangan rakyat dalam pidato, bukan nuklir
Dalam beberapa minggu usai peledakan itu, para ahli mengatakan serangkaian gempa dan tanah longsor di dekat situs uji coba nuklir menjadi tanda bahwa ledakan besar itu sudah mengacaukan daerah tersebut, yang sebelumnya tak pernah tercatat mengalami gempa alami.
Setelah sebuah gempa mengguncang pada 2020, para ahli pemerintah Korsel mengatakan ledakan nuklir tampaknya telah mengubah geologi kawasan itu secara permanen, sementara beberapa ahli mengkhawatirkan polusi radioaktif dapat dilepaskan jika Korut tidak menggunakan lokasi itu lagi.
Aktivitas seismik yang disebabkan uji coba nuklir bukanlah hal yang aneh dan sudah didokumentasikan di lokasi uji coba nuklir besar, seperti Situs Pengujian Nevada di Amerika Serikat dan situs Semipalatinsk bekas Uni Soviet di Kazakhstan, kata Frank Pabian, pensiunan analis di Laboratorium Nasional Los Alamos, AS.
“Kegempaan seperti itu tidak seharusnya mencegah uji coba nuklir Punggye-ri digunakan lagi di masa depan,” katanya. “Satu-satunya perbedaan adalah bahwa pengujian di masa depan akan dibatasi hanya pada terowongan yang sebelumnya tidak digunakan.”
Baca juga: Korut tembakkan rudal balistik di tengah kebuntuan pembicaraan nuklir
Pintu masuk ke terowongan itu diledakkan di depan sekelompok kecil media asing yang diundang untuk melihat pembongkaran saat Korut menutup situs tersebut pada 2018 untuk menunjukkan bahwa kekuatan nuklirnya selesai.
Korut menolak seruan pakar internasional untuk memeriksa penutupan itu.
Pemimpin Korut Kim Jong Un telah mengatakan bahwa ia tidak lagi terikat oleh moratorium pengujian yang diberlakukan sendiri.
Negara itu mengisyaratkan pada Januari bahwa mereka tengah mempertimbangkan untuk melanjutkan tes senjata nuklir atau rudal balistik jarak jauh karena kurangnya kemajuan dalam pembicaraan nuklir dengan AS dan sekutunya.
Sejak penutupan itu, kelompok pemantau mengatakan bahwa citra satelit sejauh ini tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas besar di Punggye-ri selain patroli dan pemeliharaan keamanan rutin.
Sumber: Reuters
Baca juga: Militer AS: Uji coba rudal Korut ancam negara-negara tetangga
Baca juga: Korut diduga mulai operasikan reaktor nuklir
Penerjemah: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022