"Perempuan telah secara tidak proporsional terpengaruh karena kehilangan pekerjaan," kata Bintang dalam acara W20 Indonesia Policy Dialogue dengan tema "Freedom from Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia" di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara yang disiarkan secara virtual, Selasa.
Hal tersebut terjadi karena perempuan banyak bekerja di sektor yang paling terpengaruh oleh pandemi COVID-19 seperti sektor akomodasi, industri makanan dan ritel.
Baca juga: W20 momentum perkokoh komitmen perempuan dunia bebas diskriminasi
Selain itu, perempuan juga harus mengerjakan lebih banyak pekerjaan di dalam lingkungan rumah tangga.
Kondisi ini telah menyebabkan hilangnya pendapatan bagi perempuan secara global.
"Akibat dari pandemi lebih dari 800 miliar dolar AS," katanya.
Bahkan UN Women mengatakan pandemi akan mendorong perempuan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrim dan memperlebar kesenjangan gender.
Selain itu, pada tahun lalu, PBB juga melaporkan meningkatnya jumlah kekerasan dalam rumah tangga selama pandemi COVID-19.
"Tahun lalu PBB melaporkan bahwa kekerasan terhadap perempuan, khususnya kekerasan dalam rumah tangga, telah meningkat selama pandemi," kata Bintang.
Kondisi tersebut telah membuat W20 2021 merekomendasikan agenda pemulihan ekonomi global harus memperhatikan dampak pandemi yang tidak proporsional pada perempuan.
Menteri Bintang juga berharap W20 Indonesia 2022 juga memastikan bahwa pemulihan ekonomi global juga harus dapat mengatasi masalah ketidaksetaraan gender.
Baca juga: Chair W20: Diskriminasi dan kekerasan hambat pemberdayaan perempuan
Baca juga: Indonesia dorong penguatan empat isu di 'meeting W20'
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022