"Sudah dua hari terakhir terpaksa kami menutup sementara karena ada sekelompak masyarakat yang tinggal di sekitar bandara berunjuk rasa meminta ganti rugi lahan mereka yang dijadikan landasan pacu," kata Kepala Bandara Betoambari Jabir di Baubau, Sabtu.
Ia menambahkan, dua pesawat yang batal melakkan pendaratan itu adalah maskpai penerbangan Ekspres Air dan Merpati Airlines. Kedua pesawat tersebut batal mendarat karena masyarakat pengujuk rasa menduduki areal landasan pacu bandara serta membakar semak-semak di sekitar bandara.
"Ini bisa mengganggu keselamatan pesawat, sehingga kami putuskan untuk menutup sementara bandara tersebut dari aktivitas penerbangan," katanya.
Selain pembakaran semak-semak, massa tersebut juga menghamburkan batu ke atas landasan pacu pesawat, sehingga koindisi tersebut berpengaruh pada jadwal penerbangan dari dan keluar Baubau.
"Para calon penumpang terpaksa harus menunggu berjam-jam kedatangan pesawat tersebut dan batal melakukan penerbangan," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk Maksapai Ekspres Air tujuan Baubau dialihakan ke Wakatobi, sedangkan maskapai Merpatai Airlines langsung menuju ke daerah tujuan selanjutnya di Ambon.
"Kalau kondisi bandara sudah aman, esok kami akan kembali membuka aktivitas penerbangan di Bandara Betoambari," tambahnya.
Sementara itu, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh warga sehari berujung ricuh dengan petugas keamanan dari Polres Baubau. Sebanyak 14 orang yang telibat pembakaran semak-semak ditahan di Mapolres Baubau.
Kapolres Baubau AKBP Daniel Aditya menjelaskan penahanan warga yang melakukan aksi unjuk rasa di bandara tersebut sebelumnya pihaknya telah melakukan pendekatan secara persuasif, namun tidak diindahkan oleh mereka.
"Awalnya kami tangani secara prosedural karena bandara ini merupakan fasilitas umum dan dilarang melakukan unjuk rasa di lokasi ini, apalagi sampai menduduki bandara. Kami sudah melakukan pendekatan persuasif namun tidak digubris, sehingga kami terpaksa membubarkan dan menahan sejumlah warga yang kami anggap bertanggung jawab atas aksi mereka," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pengungjuk rasa, La Ilumane mengatakan, mereka hanya menginginkan penjelasan pihak pemerintah mengenai kepastian ganti rugi lahan milik mereka yang dijadikan lokasi bandara tersebut.
"Tapi permintaan kami tidak pernah dipenuhi, sehingga satu-satunya upaya kami adalah dengan menduduki bandara ini," katanya.
Dia menilai pemerintah tidak beritikad baik, padahal sudah difasilitasi oleh DPRD Kota Baubau. "Tapi pemerintah tetap tidak mau menemui kami untuk memberikan kejelasan," jelasnya.(*)
(ANT-227/M027)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011