Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Kota New York (New York Police Department/NYPD) memperteguh meninggalnya Bambang Welianto (36) di Gedung Konsulat Jenderal RI (KJRI) di New York, Minggu (29/1), karena bunuh diri. "Hasil investigasi kepolisian New York lebih meneguhkan apa yang kita duga sebelumnya bahwa itu kasus bunuh diri," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Nur Hassan Wirajuda, usai mendampingi Presiden Yudhoyono menerima Duta Besar Amerika Serikat (AS), Rusia, Cina, Jerman, Prancis, Inggris, dan Austria, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan bahwa laporan terakhir yang diterimanya dari KJRI New York berdasarkan laporan penyidikan NYPD menyebutkan bahwa WNI tersebut meninggal lantaran bunuh diri."Saya membaca laporan terakhir begitu. Kita menduga dengan melihat situasi fisik di basement (lantai dasar) Konsulat Jenderal bahwa itu kasus bunuh diri. Hasil penyelidikan polisi New York nampaknya mengonfirmasikan hal itu," katanya. Permasalahannya saat ini, kata Menlu, adalah pemulangan jenazah. Pihak Deplu sedang melakukan konsultasi dengan keluarga korban untuk memulangkan jenazah, apakah jenazah dipulangkan secara utuh atau dikremasi di New York lalu abunya dikirim ke Jakarta. "Ini soal teknis yang masih dirundingkan," kata Menlu. KJRI sendiri, katanya, siap membantu dan memfasilitasi pemulangan jenazah. Sebelumnya, Plt. Konsul Jenderal RI di New York, Harbangan Napitupulu, mengatakan bahwa korban sudah sejak Jumat malam (27/1) menginap di Gedung KJRI lantaran bingung, dan ingin segera pulang ke Indonesia. Bambang Welianto datang dari luar kota New York ke KJRI pada Jumat petang, dan mengaku bingung mencari tempat menginap. Kepada petugas bagian konsuler, pria tersebut menyatakan, ingin segera pulang ke Indonesia. Tiket untuk pulangnya baru berlaku pada 8 Juni 2006. "Kami kemudian mencoba membantu untuk memajukan jadwal kepulangannya, dan untuk sementara ia kami perbolehkan tidur di salah satu ruangan di Gedung KJRI," kata Harbangan. Setelah sempat menginap dua malam di KJRI, pada Minggu (29/1), petugas jaga KJRI menemukannya sudah meninggal dunia. Visa Bambang memperlihatkan tidak ada masalah, dan ia masih mengantongi uang senilai 700 dolar AS. Dari paspornya, pria keturunan Tionghoa kelahiran tahun 1970 tersebut adalah warga Jalan Mangga Duri Kepa, Jakarta. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006