Kabul (ANTARA News) - Sedikitnya empat orang Afghanistan, termasuk seorang polisi, tewas ketika polisi melepaskan tembakan ke arah massa yang marah di Afghanistan selatan, Jumat, kata polisi, setelah pemrotes mengklaim pasukan NATO membunuh sejumlah warga sipil pada tengah malam.
Jatuhnya korban sipil akibat serangan pasukan NATO yang memburu Taliban dan gerilyawan lain telah lama menjadi sumber perselisihan antara Kabul dan kekuatan Barat pendukungnya, lapor Reuters.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO di Kabul mengatakan, operasi dilakukan untuk menyerang gerilyawan pada tengah malam di distrik Qalad di provinsi Zabul, yang bertetangga dengan Kandahar yang dilanda kekerasan dan merupakan tempat lahirnya Taliban.
"Kami tidak memiliki laporan mengenai kematian sipil dalam operasi ini," kata seorang juru bicara ISAF di Kabul.
Kepala kepolisian Zabul Mohammad Nabi Elhaam mengatakan, penduduk yang marah turun ke jalan setelah mereka menyatakan tiga warga sipil Afghanistan tewas selama serangan malam hari oleh pasukan ISAF.
"Serangan malam pasukan NATO menewaskan tiga warga sipil dan membuat orang turun ke jalan," kata Elhaam.
Ia menyatakan, gerilyawan menyusup di kalangan massa demonstran di Qalad, yang katanya berjumlah ratusan, dan mereka menyulut kekerasan. Orang-orang bersenjata diantara pemrotes melepaskan tembakan yang menewaskan seorang polisi yang berusaha mengendalikan massa, tambahnya.
"Polisi terpaksa melepaskan tembakan balasan karena satu aparat tewas oleh gerilyawan yang berada diantara pemrotes," kata Elhaam setelah demonstrasi dikendalikan.
Insiden Jumat itu merupakan rangkaian terakhir dari kekerasan yang berkobar lagi di Afghanistan akhir-akhir ini.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011