Sanaa (ANTARA News) - Puluhan ribu penentang dan pendukung Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh berdemonstrasi seusai sholat Jumat pertama di bulan suci Ramadhan.
Saleh berada di sebuah rumah sakit di Arab Saudi sejak Juni setelah ia cedera dalam serangan bom terhadap istananya di Sanaa, namun ia menolak menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden, lapor AFP.
"Revolusi kita populer, dan kita akan melanjutkannya secara damai,"teriak massa pemrotes anti-rejim dalam jumlah besar yang berkumpul diJalan Sittin Sanaa untuk pawai bertema "Damai hingga kemenangan", kataseorang wartawan AFP.
"Penguasa lalim akan pergi dan rakyat akan tinggal," seru massa, yang kata penyelenggara berjumlah sekitar 250.000 orang.
Protes besar anti-pemerintah juga dilakukan di daerah-daerah lain Yaman.
Di Taez, kota terbesar kedua Yaman, protes massal diadakan di LapanganKebebasan, dan demonstran menuntut diakhirinya rejim Saleh sertamendesak cara-cara damai untuk mencapai tujuan protes mereka.
Sementara itu, puluhan ribu loyalis pemerintah berpawai di LapanganSabeen Sanaa untuk menekankan lagi kesetiaan mereka pada Saleh dalampawai bertema "Jumat kasih sayang".
"Rakyat ingin Ali Abdullah Saleh", teriak mereka, dan banyak darimereka membawa poster-poster Saleh serta penguasa Arab Saudi RajaAbdullah sebagai tanda terima kasih telah memberikan perawatankesehatan kepada presiden mereka.
Saleh berada di sebuah rumah sakit di Arab Saudi sejak Juni setelah iacedera dalam serangan bom terhadap istananya di Sanaa, namun ia menolakmenyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden.
Saleh, yang telah berkuasa selama 33 tahun, menghadapi protes sejakJanuari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengantindakan keras aparat keamanan.
Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 300 orang.
Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lamaWashington dalam perang melawan Al-Qaeda, kehilangan dukungan AS.
Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkanpengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurutsebuah laporan di New York Times.
Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankankarena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden,kata laporan itu.
Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selakusekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancamannyata" bagi AS.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaeda Osama bin Ladendan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utaradan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk RepublikYaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjaditempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utaramenggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam danmendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancamanekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab(AQAP).
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara ituakan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untukmemperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnyamenjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAPmenyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang ASpada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangkawarga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepadaorang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiahdi wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan danserangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan ArabSaudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011