Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan di tutup anjlok hingga diatas empat persen mengikuti tekanan yang terjadi di bursa global.
IHSG Jumat ditutup tertekan 200,44 poin atau 4,86 persen ke posisi 3.921,64. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 36,81 poin atau 5,04 persen ke posisi 693,29 poin.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito di Jakata, Jumat mengatakan, koreksi yang terjadi di pasar saham dalam negeri di akhir pekan ini hanya bersifat sementara.
Ia mengatakan, selama kondisi ekonomi Indonesia masih positif tidak ada yang perlu dicemaskan, maka dengan penurunan IHSG saat ini dapat dijadikan investor untuk mengambil kesempatan dengan kembali mengoleksi saham.
"Koreksi indeks BEI juga dipicu pelemahan yang terjadi di bursa global. Saya rasa, suka atau tidak suka pasar saham Indonesia akan mengikuti pasar saham global. Di mana kemarin malam bursa saham Amerika Serikat mengalami penurunan drastis," kata dia.
Ia menambahkan, koreksi indeks BEI juga dipicu oleh pelaku pasar yang hanya mengambil posisi aksi untung (profit taking) terhadap saham-saham yang harganya sudah dinilai sudah tinggi.
"Kondisi tingginya harga saham, sebaiknya Investor memanfaatkan `stock selection`," ujar dia.
Sementara, tercatat transaksi perdagangan saham pada Jumat (5/8), pelaku pasar asing membukukan jual bersih (foreign net sell) senilai Rp1,232 triliun.
Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, hanya sebanyak sembilan saham meningkat, 321 saham tertekan, dan 15 saham tidak bergerak harganya.
Sementara frekuensi transaksi perdagangan saham tercatat sebanyak 212.246 kali, dengan volume perdagangan mencapai 10,295 miliar lembar saham senilai Rp9,934 triliun.
Sementara di bursa regional diantaranya, Indeks Hang Seng melemah 938,35 poin (4,86 persen) ke level 20.946,64, Indeks Nikkei-225 turun 359,30 poin (3,72 persen) ke level 9.299,88, dan Indeks Straits Times melemah 112,23 poin (3,61 persen) ke level 2.994,78.(*)
(T.KR-ZMF/S006)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011