Kami perkirakan rupiah masih akan mengalami koreksi harga karena tekanan pasar masih cukup kuat...

Jakarta (ANTARA News) - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat siang, hingga bergerak turun 50 poin menjadi Rp8.545 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp8.495.

Menurut sejumlah analis pasar uang, di Jakarta, Jumat, hal itu dipicu krisis ekonomi AS yang berlanjut menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar yang segera melakukan aksi lepas terhadap rupiah.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova, mengatakan, koreksi yang terjadi terhadap rupiah terjadi pula terhadap mata uang utama regional, akibat bursa global memburuk.

"Kami perkirakan rupiah masih akan mengalami koreksi harga karena tekanan pasar masih cukup kuat, " katanya.

Namun, lanjut dia tekanan pasar global itu diperkirakan tidak akan berlangsung lama, karena Indonesia masih merupakan pasar yang menarik bagi investasi asing.

"Pelaku asing kemungkinan tidak akan terpaku dengan kondisi ekonomi AS yang masih terpuruk," ucapnya.

Menurut dia, pelaku asing akan kembali masuk pasar domestik melakukan investasi baik di pasar uang, pasar saham maupun pasar obligasi dan instrumen Bank Indonesia.

Karena itu peluang rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk naik maih tetap tinggi, ujarnya.

Kepanikan pelaku, lanjut dia merupakan faktor utama yang menekan rupiah turun tajam, sehingga posisinya kembali di atas Rp8.500 per dolar.

Rupiah dalam waktu tidak lama akan kembali dibawah Rp8.500 karena pelaku asing dalam dua tahun sampai tiga tahun masih akan bergelut di pasar domestik, katanya.

Sementara itu, Direktur Retail Banking PT ANZ Panin Bank Anthony Soewandi memperkirakan aksi lepas itu hanya sementara, akibat pasar global yang melesu.

"Kami optimis rupiah akan kembali menguat setelah kepanikan pasar kembali reda," ucapnya. (Th-CS)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011