Garut (ANTARA) - Dinas Perikanan, Peternakan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut menyebutkan kelahiran domba abnormal seperti yang baru terjadi hanya mata satu dan tidak ada hidung karena perkawinan sedarah atau faktor terpapar virus akibat lingkungan tidak sehat.

"Adanya kambing atau domba yang kemarin lahir dengan kondisi seperti itu (abnormal) bisa jadi karena 'inbreeding' atau perkawinan sedarah dan bisa jadi karena virus atau lingkungan tidak sehat," kata Kepala Disnakanla Kabupaten Garut. Jawa Barat Sofyan Yani di Garut, Senin.

Ia menuturkan pihaknya sudah mendapatkan laporan adanya kelahiran domba yang hanya satu mata dan tidak ada hidung milik peternak domba di Desa Jagabaya, Kecamatan Mekarmukti, Garut.

Kelahiran domba maupun kambing secara tidak normal itu, kata dia, bukan yang pertama kali, sebelumnya juga pernah terjadi yang berdasarkan kajian karena faktor perkawinan sedarah dan akibat terpapar virus maupun bakteri saat dalam kandungan.

"Kelahiran hewan ternak seperti itu sering terjadi, makanya di dalam budidaya itu sebaiknya perkawinan sedarah harus dihindari," katanya.

Ia menyampaikan petugas lapangan kesehatan hewan sering melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap peternak terkait menjaga kesehatan hewan mulai dari kandang, pemberian obat vitamin, dan pakan yang baik.

Termasuk sosialisasi masalah dampak dari perkawinan sedarah, kata Sofyan, sering disampaikan petugas kesehatan hewan kepada peternak, khususnya peternak domba agar menghasilkan ternak yang berkualitas.

"Kami sudah melakukan sosialisasi kepada peternak untuk selalu menjaga kesehatan hewan, dan juga menyampaikan tentang dampak jika dilakukan perkawinan sedarah," katanya.

Sebelumnya masyarakat Garut sempat ramai memperbincangkan kelahiran domba dengan satu mata dan tanpa hidung milik peternak Hendi (28) warga Kampung Kubangsalawe, Desa Jagabaya, Kecamatan Mekarmukti.

Domba malang itu lahir pada Jumat (11/2) sore, dan sempat bertahan hidup meski akhirnya mati karena kondisinya lemah pada Minggu (13/2) pagi.*


Pewarta: Feri Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022