Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).
Rupiah bergerak menguat 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.344 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.347 per dolar AS.
"Perdagangan rupiah terlihat cukup menarik, karena akhir pekan kemarin dari dolar AS terlihat menguat karena efek data inflasi yang semakin mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Maret mendatang," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Baca juga: Rupiah Senin pagi menguat 3 poin
Inflasi AS pada Januari 2022 mencapai 7,5 persen (yoy), lebih tinggi dari konsensus 7,2 persen (yoy) sekaligus angka tertinggi sejak 1982.
Data inflasi tersebut membuat pelaku pasar mulai berspekulasi bahwa The Fed akan mengambil kebijakan pengetatan yang lebih agresif untuk mengendalikan inflasi.
"Untuk ini perlu waspada karena dapat berpengaruh pada gerak rupiah di pekan ini," ujar Nikolas.
Baca juga: Rupiah jelang akhir pekan melemah merespon rilis data inflasi AS
Sementara itu, lanjut Nikolas, tingginya penularan kasus di Indonesia juga menjadi perhatian pelaku pasar.
Jumlah kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air pada Minggu (13/2) kemarin mencapai 44.526 kasus sehingga total kasus mencapai 4,81 juta kasus. Khusus untuk kasus positif varian Omicron telah mencapai 5.106 kasus.
"Hal ini dapat kembali berpengaruh pada perputaran roda ekonomi dalam skala domestik," kata Nikolas.
Nikolas memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di Rp14.280 per dolar AS hingga Rp14.440 per dolar AS.
Pada Jumat (11/2) lalu, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp14.347 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.342 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022