Dikutip dari Variety, Senin, film tentang misteri pembunuhan di sebuah kapal pesiar itu dikabarkan sukses meraup 11 juta dolar AS (Rp157,7 miliar) hingga 14 juta dolar AS (Rp200,8 miliar) dari 3.280 bioskop Amerika Utara dalam tiga hari pemutarannya.
"Death on the Nile" diketahui menghabiskan biaya produksi sebesar 90 juta dolar AS (Rp1,2 triliun). Film itu pun sebelumnya juga sempat mengalami beberapa penundaan karena pandemi.
Kenneth Branagh pun kembali menyutradarai film itu setelah sebelumnya menyutradarai film "Murder on the Orient Express" pada 2017 lalu. Saat itu, "Murder on the Orient Express" mengalami penurunan tajam. Film tersebut dibuka menjadi 28,7 juta dolar AS (Rp411,6 miliar) dan akhirnya menghasilkan 102 juta dolar AS (Rp1,4 triliun) di Amerika Utara.
Kedua film tersebut diadaptasi dari novel populer karya Agatha Cristie yang mengikuti kisah seorang detektif bernama Hercule Poirot. Setelah sebelumnya memecahkan pembunuhan di sebuah kereta, kini Poirot mencoba untuk memecahkan pembunuhan di atas kapal pesiar Sungai Nil di Mesir.
"Akhir pekan Super Bowl secara konsisten turun dalam bisnis secara keseluruhan dibandingkan dengan akhir pekan lainnya, dan kami masih mengalami lonjakan Omicron yang sangat besar yang memuncak pada pertengahan Januari," kata David A. Gross selaku konsultan film Franchise Entertainment Reserch.
"Dengan biaya 90 juta dolar AS, film ini akan membutuhkan bisnis luar negeri yang kuat," lanjutnya.
Di box office internasional, "Death on the Nile" menghasilkan 20,7 juta dolar AS (Rp296,9 miliar) dari 47 pasar di luar negeri. Film ini pun diketahui belum dibuka di China, yang saat ini merupakan pasar bioskop terbesar di dunia.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022