"Suatu hari ada seorang menteri Orba yang meresmikan pabrik. Ia mengatakan, saudara-saudara, peresmian pabrik tektil ini merupakan bukti bahwa pembangunan ekonomi orde baru berjalan dengan baik dan sukses," kata Fachry Ali.
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial politik Fachry Ali meminta Menteri Perindustrian Fahmi Idris untuk tidak bergaya seperti menteri era orde baru yang terlalu membanggakan peresmian pabrik baru sebagai keberhasilan pembangunan ekonomi. "Suatu hari ada seorang menteri Orba yang meresmikan pabrik. Ia mengatakan, 'saudara-saudara, peresmian pabrik tektil ini merupakan bukti bahwa pembangunan ekonomi orde baru berjalan dengan baik dan sukses'," kata Fachry Ali, dalam seminar Pengembangan Industrialisasi Pedesaan Sebagai Basis Pengentasan Kemiskinan, di Jakarta, Senin. Ketika itu, sang menteri luput menyertakan huruf s saat mengucapkan kata tekstil, dan hanya ajudan yang berdiri di sampingnya yang berani memberi tahu soal kekurangannya tersebut. "Kurang s pak," kata ajudan tersebut. Kontan sang menteri pun berujar, "Maaf. Ternyata, bukan hanya pabrik tektil yang diresmikan hari ini, tapi juga pabrik es," kata Fachry, yang disambut dengan gelak tawa para peserta seminar, termasuk juga Fahmi Idris terlihat terpingkal-pingkal. "Oleh karena Fahmi Idris merupakan menteri perindustrian, maka akan banyak undangan dari para pengusaha untuk peresmian pabrik," demikian Fachry.Untuk itu, "Bang Fahmi" --begitulah Fachry Ali memanggil seniornya di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)-- diminta, agar hati-hati dalam menerima undangan peresmian pabrik atau pembukaan industri baru. Selain sebagai pengamat sosial-politik, Fachry juga merupakan peneliti LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Sosial) angkatan pertama yang diterjunkan untuk meneliti berbagai kawasan industri pedesaan. Oleh karena itu, ia mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi industri kecil yang berada di pedesaan, mulai dari masalah keuangan, struktural, dan penyerapan produk mereka oleh masyarakat dan industri menengah ke atas.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006