Kami ingin berkontribusi menyumbang data yang dapat bermanfaat secara global untuk pelestarian burung-burung air

Gorontalo (ANTARA) - Tiga lembaga yakni Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Gorontalo dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo melakukan sensus burung air di Danau Limboto, Gorontalo, Minggu.

Pengamatan dan penghitungan jenis serta jumlah burung air itu diikuti oleh puluhan mahasiswa, yang tergabung dalam Kelompok Studi Lingkungan (KSL) Archipelago Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo (UNG) serta Komunitas Youngbirdwatcher Gorontalo.

Dari sensus tersebut, tercatat 21 jenis burung di Danau Limboto dan 10 di antaranya merupakan jenis burung air seperti tikusan alis putih, mandar besar, blekok sawah, kuntul kerbau, kuntul kecil dan belibis kembang.

Baca juga: Pakar: Ekowisata penting bagi konservasi burung air di lahan gambut

Sekretaris BIOTA Rosyid Azhar mengatakan sensus burung air tersebut merupakan agenda tahunan, sebagai rangkaian dari Asian Census Waterbird (AWC) 2022 yang juga digelar di daerah dan negara lain di dunia.

"Kami ingin berkontribusi menyumbang data yang dapat bermanfaat secara global untuk pelestarian burung-burung air. Apalagi Danau Limboto selama ini merupakan habitat ratusan jenis burung, termasuk jenis burung air," katanya.

Baca juga: Kehati nilai ada perbaikan habitat di hutan lindung Angke Kapuk

Menurutnya, burung air menggunakan lahan basah seperti danau, sungai, rawa, mangrove, dan gambut sebagai habitatnya sehingga menjaga kelestarian burung air bagian dari upaya menjaga keseimbangan ekosistem.

Berdasarkan Konvensi Ramsar, burung air merupakan burung yang secara ekologis kehidupannya bergantung kepada keberadaan lahan basah.

Saat ini Indonesia memiliki sekitar 200 jenis burung air yang hidup di lahan basah.

Baca juga: Sensus burung di Angke Kapuk identifikasi 14 jenis burung

AWC merupakan suatu kegiatan sensus burung air tahunan yang bersifat sukarela, terbuka bagi siapa saja termasuk ahli burung, pengamat amatir, pencinta alam, guru, LSM, pegawai negeri dan masyarakat umum.

Sejak dimulai pada tahun 1987, AWC telah menjangkau lebih dari 5.700 lokasi di 24 negara, dengan keterlibatan ribuan pengamat sukarela dari ke-24 negara tersebut, termasuk Indonesia.

Baca juga: BIOTA latih pemandu wisata pengamatan burung di Danau Limboto

Data-data yang terkumpul dari seluruh lokasi pengamatan masuk ke pangkalan data, serta diolah menjadi laporan tahunan internasional yang meliputi status, distribusi, peta, serta identifikasi lokasi lahan basah yang penting.

Data ini akan mendukung program-program konservasi burung air, penelitian spesies, kawasan, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah.

Baca juga: Gorontalo-Pindad jajaki kerjasama tangani eceng gondok Danau Limboto

Pengamat burung, jurnalis dan mahasiswa melakukan sensus burung air di Danau Limboto, Minggu. Kegiatan itu bagian dari Asian Waterbird Census (AWC) 2022 dan diprakarsai oleh Biodiversitas Gorontalo, SIEJ dan AJI Kota Gorontalo. (ANTARA/Debby Mano)

Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022