Analis valas Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, di Jakarta, Kamis, mengatakan pergerakan mata uang pagi ini dolar AS mulai melemah terhadap mata uang kuat Asia termasuk rupiah.
"Sentimen pasar Asia akan positif hari ini dan diperperkirakan mata uang rupiah ada kecenderungan menguat meski tipis pada hari ini," kata dia.
Ia menambahkan, melemahnya dolar AS setelah sebelumnya indeks manufaktur turun, indikator ekonomi non manufaktur juga tercatat turun dari 53,3 di bulan Juni menjadi 52,7 pada bulan Juli, di bawah median para analis di 53,5.
"Penurunan sektor jasa ini terendah dalam 17 bulan terakhir, searah dengan menurunnya pesanan dan kesempatan kerja," kata dia.
Ia mengatakan, sektor jasa ini merupakan sektor dominan di AS yang menyumbang sekitar 90 persen dari produk domestik bruto (PDB) AS.
Ia menambahkan, penurunan kinerja beberapa indikator ekonomi AS dalam bulan Juni dan Juli ini membawa kekhawatiran ekonomi AS kembali menuju resesi.
Sementara, dari dalam negeri, Lana mengatakan, porsi kepemilikan asing pada obligasi ritel Indonesia (ORI) menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 43,44 persen sepanjang bulan Juli menjadi 21,65 persen dari total ORI yang diperdagangkan.
Ia menambahkan, surat utang negara (SUN) termasuk ORI masih terus diburu oleh investor asing ditengah likuiditas global yang begitu besar dan ketidakpastian di pasar AS dan Eropa.
"Return yang masih menarik disertai antisipasi ekspektasi naiknya peringkat utang Indonesia menuju peringkat investasi dalam waktu dekat ini akan terus menguatkan rupiah," kata dia.
Dari sisi makro ekonomi, lanjut dia, dukungan inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat membuat fundamental ekonomi Indonesia semakin solid. (KR-ZMF)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011