Jakarta (ANTARA News) - Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengapresiasi dan merespons positif masukan mahasiswa Universitas Indonesia untuk mengembangkan daerah-daerah perbatasan Republik Indonesia.
"Kementerian Sosial punya prioritas untuk mengembangkan daerah tertinggal dan terdepan agar jadi pusat pertumbuhan baru. Kerja sama dengan akademisi, termasuk mahasiswa sangat penting sebab dapat memetakan potensi masyarakat secara komprehensif," katanya seperti disampaikan Tenaga Ahli Menteri Sosial bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Kehumasan Drs Sapto Waluyo, MSc kepada ANTARA di Jakarta, Rabu malam.
Saat menyambut 50 mahasiswa UI dari berbagai jurusan yang telah mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di daerah perbatasan, Mensos mengatakan bahwa daerah pertumbuhan baru itu penting guna mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan itulah, kata dia, kerja sama dengan perguruan tinggi, yang di dalamnya ada mahasiswa dapat disinergikan bersama program-program pemberdayaan di Kemsos.
Sementara itu, Direktur kemahasiswaan UI Dr Kamaruddin yang memimpin delegasi menyatakan bahwa pihaknya melalui KKN mahasiswa itu adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
"Kami menjalankan tri dharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, antara lain menyelenggarakan KKN di daerah perbatasan. Kami ingin kerja sama dengan Kemsos untukmerancang perubahan sosial yang nyata," katanya
Sedangkan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI Maman Abdurrokhman yang ikut dalam rombongan menyatakan bahwa mahasiswa juga bisa melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat.
"Mahasiswa antusias untuk melakukan perubahan melalui aksi sosial. Kami tidak hanya menyampaikan kritik, tapi juga tawaran solusi berdasarkan temuan di lapangan," katanya.
Menurut Sapto Waluyo, pada pekan lalu (28/7), Mensos juga berdialog dengan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di pendopo Kabupaten Sleman bersama karang taruna, taruna siaga bencana (Tagana) untuk mendiskusikan aksi sosial yang bisa disinergikan bersama.
Daerah tertinggal
Kemsos menyatakan telah menetapkan 50 daerah tertinggal di Indonesia sebagai target untuk dientaskan sampai tahun 2014, dan Kabupaten Rote-Ndao di Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu prioritas.
"Tentu untuk target tersebut kami bekerja sama dengan kementerian/lembaga lain," kata Sapto Waluyo.
Sapto Waluyo bulan Juni 2011 berada di Kabupaten Rote-Ndao, bersama tim Kemsos yang terdiri atas sejumlah peneliti dan dokumentasi, melakukan penelitian untuk pemetaan masalah sosial di daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah laut negara Australia itu.
Dikemukakannya bahwa saat ini sedang dilakukan pemetaan masalah dan pendataan warga sangat miskin yang berhak mendapat layanan. "Kami ingin program terpadu ini tepat sasaran, sehingga daerah tertinggal bisa bangkit segera, apalagi dengan dukungan Pemda," kata Sapto.
Kemsos menyatakan salut kepada Pemerintah Kabupaten Rote-Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang siap mengalolasikan dana APBD (budget sharing) untuk pembangunan kesejahteraan Sosial di daerah itu.
Sementara itu, Bupati Rote-Ndau Leonard Haning menyambut kedatangan tim Kemsos yang terdiri atas peneliti dan dokumentasi itu.
Ia menjelaskan bahwa penduduk Rote sebanyak 182.000 jiwa, yang miskin sekitar 78.000 jiwa.
Menurut dia, tahun 2011 ini telah disetujui bantuan dari Kemensos untuk 108 KUBE (kelompok usaha bersama) dan rehabilitasi 75 RTLH (rumah tidak layak huni).
"Kami usulkan agar tahun depan (2012) bisa dimasukkan 5.000 RTSM (rumah tangga sangat miskik) sebagai peserta PKH (program keluarga harapan)," kata Leonard Haning menambahkan.
Bupati juga memperkenalkan motto "Lokamola Anansio", yakni pemenuhan sembilan kebutuhan pokok, sebagai program unggulan daerah itu.
Sedangkan Kepala Desa Oelaba Anwar Idris, yang daerahnya menjadi sasaran penelitian sangat senang dengan rencana pemetaan masalah sosial itu.
"Baru kali ini ada staf dari kementerian pusat yang datang memetakan masalah sosial yang konkret di sini. Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah laut Australia, kami perlu dukungan untuk menyejahterakan masyarakat," katanya menegaskan.
Menurut Sapto Waluyo, sebagaimana diberitakan tiga anak asal pulau Rote baru dipulangkan dari Australia. Mereka diduga terlibat dalam perdagangan manusia, dan sempat ditahan di penjara negeri kanguru itu.
Padahal, mereka hanya nelayan mencari ikan dan terseret arus laut ke perbatasan Australia.
Diharapkan dengan program pemberdayaan sosial yang baik, masyarakat tidak akan lagi terlibat kasus semacam itu.(*)
(T.A035/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011