Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan pentingnya menjaga kepatuhan terhadap pranata sosial dan pranata hukum sehingga kehidupan masyarakat tetap seimbang di tengah terbentuknya masyarakat yang terbuka dan demokratisasi.
"Fenomena yang terjadi adalah tumbuhnya masyarakat terbuka dimana warga bisa mengekspresikan hak-haknya, ini bagian dari proses demokrasi. Kita sudah masuk ke dalam wilayah ini," kata Presiden saat memberikan sambutan dalam acara buka puasa bersama yang berlangsung di Istana Negara Jakarta, Rabu sore..
"Yang hadir juga dewasa ini adalah masyarakat berpengetahuan yang makin terbentuk dengan akalnya, informasi yang menghadirkan kreativitas dan inovasi," tambah Kepala Negara.
Presiden menyebutkan, ada lima pilar untuk membentuk masyarakat yang baik. Pertama, masyarakat yang beradab ditandai dengan perilaku masyarakat yang baik, penuh etika, moralitas dan bertata krama.
Pilar kedua adalah masyarakat yang berpengetahuan, pilar ketiga adalah masyarakat yang rukun, harmonis dan toleran.
"Pilar keempat adalah masyarakat terbuka, bebas mengekspresikan pikirannya. Ini ciri negara modern," kata Presiden.
Sedangkan pilar yang kelima adalah masyarakat yang tertib dan patuh pada norma dan pranata.
Kepala Negara mengingatkan bila yang dominan hanya pilar masyarakat yang terbuka dan masyarakat yang berpengetahuan dan berinovasi, sementara tiga pilar lainnya diabaikan, maka akan terjadi ketimpangan dalam kehidupan masyarakat.
"Kalau hanya dua ciri yang kuat dan tiga lemah, yang terjadi adalah masyarakat yang pincang, ibarat gedung yang berpilar lima, hanya dua yang kokoh dan tiga pilar keropos maka gedung itu tinggal tunggu runtuhnya," kata Presiden.
Ditambahkannya, masyarakat tidak akan teguh kehidupannya, tidak tenteram, ada yang hilang, kemudian juga akan menjauh dari nilai dan norma agama dan kebangsaan.
Presiden mengakui, perhatian terhadap pentingnya keseimbangan ini kerap diremehkan dan bukan menjadi perhatian utama, namun ia mengharapkan semua komponen bangsa dapat melihat dan memperhatikan hal tersebut.
"Ini banyak yang anggap kurang menarik. Kalah populer bila kita bicara masalah politik dan keamanan. Dalam kesempatan ini saya ajak kembali melihat bagaimana masyarakat yang hendak kita wujudkan," kata Presiden.
Acara buka puasa tersebut dihadiri juga oleh Wakil Presiden Boediono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Herawati Boediono, pimpinan DPR RI, MPR RI, BPK RI, lembaga negara non kementerian, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.
Juga hadir anggota Komite Inovasi Nasional, Komite Ekonomi Nasional, dan Dewan Pertimbangan Presiden.(*)
(T.P008/S024)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011