Jakarta (ANTARA News) - Sutradara Hanung Bramantyo mengungkapkan film terbarunya berjudul "Perempuan Berkalung Sorban" ibaratnya membayar utang pada masyarakat khususnya kaum perempuan yang kecewa pada film "Ayat Ayat Cinta" (AAC). "Film ini adalah hutang saya pada kaum permepuan yang sebelumnya kecewa dengan film AAC yang dianggap sangat berpihak pada poligami," ujarnya dalam konferensi pers usai menonton film Perempuan Berkalung Sorban bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta dan para aktivis perempuan di Jakarta, kemarin. Hanung mengatakan banyak protes yang ditujukan padanya dibalik kesuksesan film AAC dimana ia bertindak sebagai sutradara. Sebagian besar yang memrotes adaah perempuan yang menganggap Hanung pro pada poligami dan AAC mencerminkan budaya patriarki yang merugikan kaum perempuan. "Oleh karena itu saya membuat film ini untuk meletakkan kembali bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sejajar, manusia hanya dibedakan dari tingkat keimanannya dan bukan dari jenis kelaminnya," ujar ayah satu anak ini. Film "Perempuan Berkalung Sorban" adalah produksi Starvision dan digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo. Kisahnya diangkat dari Novel karya Abidah Al Khalieqy yang menuturkan perjuangan dan pengorbaan seorang seorang muslimah Annisa (Revalina S Temat). Dalam film "Perempuan Berkalung Sorban" dikisahkan Anissa adalah putri Kyai Hanan (Joshua Pandelaky) dan hidup di lingkungan keluarga di pesantren Salafiyah Putri Al Huda Jawa Timur yang konservatif. Dalam pandangan sang kyai, ilmu sejati yang benar hanyalah Qur?an, Hadist dan Sunnah sedangkan pengaruh yang sifatnya dari luar seperti buku-buku bacaan mdoern dianggap menyimpang. "Film ini benar-benar saya dedikasikan untuk menghargai perempuan dan menitipkan pesan pada penonton tentang bagaimana seharusnya kita berbuat sesuatu untuk seseorang yang kita cintai," ujar Hanung. Sementara itu usai menonton film bersama Meneg PP Meutia Hatta, Hanung mendapat banyak pujian atas film yang dibintangi Revalina S Temat tersebut. "Saya berterima kasih film ini mengangkat realita persoalan yang dihadapi perempuan Indonesia saat ini, Hanung bisa menangkap persoalan itu dengan baik," puji Meutia Hatta. Meutia mengatakan media film adalah alat yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang hubungan yang setara antara laki-laki dan perempuan. Ia berharap melalui film tersebut isu dan persoalan tentang perempuan dapat menjadi perhatian banyak pihak.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
jika masyarakat diberikan pemahaman yang salah tentang islam secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama, prinsipnya sama spt cuci otak, setiap generasi perlahan akan mengalami penyimpangan, yang pada akhirnya akan mengalami penyimpangan yang besar terhadap Islam. saya tonton ni film smpe habis, masa film islami ada adegan buka2an, film islami itu buat segala umur.
kalo ada orang seperti yang ada sebutkan di kampung anda karena film menjadi kafir,menurut saya persoalannya pasti bermotif ekonomi..apakah sebodoh itu orang yang pindah agama krn film X yang anda maksud,tidakkah anda terpanggil untuk membuka cakrawaal berpikir orang2 di kampung anda itu?
jd kita harus pinter2 mengaapresiasi sebuh karya dan yang harus kita ambil dari karya tersebut.....
yang terpenting bagaimana caranya menjadikan masyarakat yang mempunyai daya vikir yang kuat dan nurani yang baik.....
buat leemcool atau lem apa aja, ada orang yang jadi kafir gara gra nonton film, di daerah saya pernah terjadi, ketika sekelmpok orang tak bertanggung jawab menyebarkan sebuah film X tentang agama X tak lama dari itu ada orang yang pindah agama.
hati-hati dengan masalah aqidah karena mengingkari ketentuan ALLaH akan akan membatalkan akidah kita.