Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) sebagai wadah yang baru terbentuk akan memperjuangkan kredit murah bagi petani hortikultura dalam agendanya.
"Setelah kami membentuk asosiasi akan lebih mudah memberikan masukan kepada pemerintah sebagai pengambil kebijakan diantaranya persoalan kredit murah bagi petani hortikultura," kata salah seorang pendiri Hortindo, Tantono Subagyo di Jakarta, Rabu.
Tantono yang juga menjabat sebagai Manager Hubungan Pemerintah dan Regulator PT Syngenta Indonesia mengatakan, sejumlah BPR saat ini memang menyediakan kredit tanpa agunan akan tetapi bunganya sangat tinggi sebesar 36 persen, bahkan ada yang mematok sampai 90 persen.
"Memang pemerintah masih trauma dengan penyaluran dana kredit usaha tani pada masa lalu yang tidak kembali, namun tidak lantas kemudian kredit subsidi bagi pertanian dihentikan sama sekali," ujar dia.
Menurut Tantono, kredit seperti ini sebenarnya layak diberikan kepada petani sepanjang dilakukan pendampingan, seperti yang dilakukan sejumlah BPR ternyata dana tersebut memang dapat berputar.
Tantono mengatakan, produsen benih hortikultura akan mendapatkan dampak yang positif seandainya petani sebagai pengguna mendapatkan fasilitas kredit murah tanpa agunan dari perbankan.
Menurut dia, selaku produsen benih telah memenuhi kebutuhan petani dengan menyediakan varietas unggul, tahan terhadap penyakit, serta masa panen singkat sehingga petani tersebut sebenarnya layak untuk dibiayai.
Tantono mengatakan, produsen bibit hortikultura merupakan bisnis kepercayaan, sekali saja mereka salah memberikan bibit kepada petani ternyata tanamannya justru mati maka mereka tidak akan membeli bibit tersebut.
Menurut dia, tanaman hortikultura dengan teknologi perbenihan saat ini memiliki nilai ekonomis tinggi meskipun ditanam di atas lahan pekarangan rumah dengan luasan minimal 500 meter persegi.
Harga bibit sendiri kurang dari 7 persen dari harga jual komoditi horitkultura seperti sayuran, buah, jagung manis, dan bunga, tetapi memiliki nilai yang tinggi di pasaran, ujar dia.
Senada dengan hal itu pendiri Hortindo lainnya, Ayub Darmanto mengatakan, kebutuhan seluruh bibit tanaman saat ini telah berhasil dipenuhi dari seluruh produsen bibit hortikulutura di dalam negeri, kalaupun masih ada impor itupun nantinya akan dikembangkan di dalam negeri.
Produsen bibit hortikultura di Indonesia dituntut memiliki unit riset dan pengembangan yang kuat untuk menghasilkan varietas baru minimal setiap lima tahun sekali sesuai dengan harapan dan kebutuhan petani, jelas dia.
Ayub yang juga menjabat Direktur Utama PT Agrosid Manunggal Sentosa mengatakan, kehadiran Hortindo sebagai wadah baru produsen benih hortikultura diharapkan dapat memberikan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang pemuliaan tanaman.
"Keberadaan SDM ini sangat penting terutama dalam melakukan riset dan pengembangan sehingga diharapkan 100 persen kebutuhan bibit hortikultura di Indonesia dapat dipenuhi dari dalam negeri," ujar dia.
Kehadiran Hortindo yang dideklarasikan melalui kongres I (3/8), menurut Ayub, akan sangat membantu produsen kecil untuk mendapatkan berbagai informasi dalam rangka transfer teknologi dengan produsen besar yang bibitnya memiliki standar internasional.
Lebih jauh Tantono mengatakan, keberadaan Hortindo diharapkan menjadi penyeimbang kebijakan pemerintah agar dalam penerapan peratuan dan perundangan tidak terlalu kaku misalnya mengenai batasan masa pengembangan varietas baru benih hortikultura.
Tantono mengatakan, belum ada angka resmi mengenai nilai produksi bibit nasional, akan tetapi besarannya sekitar Rp600 sampai Rp650 miliar atau kenaikannya sekitar 10 persen tergantung musim.
Seperti saat Indonesia mengalami musim hujan relatif panjang pada tahun 2010, kebutuhan bibit nasional menjadi sangat tinggi, jelasnya.
Keberadaan asosiasi sendiri diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah kapan keran impor benih harus longgar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri serta kapan harus diperketat, ujar Tantono.
"Sebagai gambaran untuk ekspor benih saat ini masih dalam kisaran dibawah 15 persen dari total produksi, itupun tergantung kepada permintaan di dalam negeri serta jenis bibit yang sedang digemari saat itu," ujar dia.
Tantono mengatakan, terdapat sekitar 26 anggota yang hadir dalam kongres perdana pembentukan Hortindo dengan agenda menyusun program ke depan, serta pembentukan pengurus.
Keberadaan Hortindo sendiri merupakan jawaban mengingat keberadaan produsen hortikultura dalam wadah sebelumnya Asosiasi Benih Indonesia (Asbenindo) sangat kecil sehingga sulit dalam menyampaikan usulan kepada pemerintah, ujar dia.
"Saya optimis keberadaan Hortindo ini akan memberikan kontribusi positif tidak hanya bagi produsen benih hortikultura tetapi juga para petani," ujar dia. (G001/A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011