"Material vulkanis yang dikeluarkan berupa abu putih keabuan dengan ketinggian sekitar 400 meter," kata petugas Pos Gunung Api Lokon dan Mahawu Kakaskasen, Kota Tomohon, Jemmy Runtuwene.
Meskipun frekuensi letusan sudah mencapai belasan kali sepanjang hari ini, namun menurutnya, status gunung yang pernah berupsi hebat 1991 ini masih siaga.
"Keputusan menaikkan status kewenangan Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana Geologi Bandung. Belum ada perintah dari sana. Kalaupun sudah ada, pasti secepatnya dikoordinasikan dengan instansi terkait," jelasnya.
Runtuwene mengategorikan letusan yang terjadi beberapa hari setelah status Gunung Lokon diturunkan dari awas menjadi siaga 24 Juli pekan lalu sebagai letusan kecil. Salah satu indikatornya adalah tingginya letusan.
"Letusan terakhir 16.45 WITA dengan ketinggian 400 meter. Ini memang masih kategori letusan kecil bila dibandingkan dengan letusan 17 Juli yang mencapai ketinggian sekitar 3.000 meter. Letusan waktu itu dikategorikan besar," jelasnya.
"Hingga saat ini yang terekam hanya tremor. Kami juga memerkirakan masih terjadi aktivitas magmatik di dasar kawah," katanya.
Sementara itu, debu vulkanis tipis mengguyur areal perkebunan Kelurahan Tinoor, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon, Sulawesi Utara sekitar 20.30 WITA. Sebagian debu vulkanis yang dibawa angin selatan ini sempat jatuh di ruas jalan yang menghubungkan Kota Tomohon dan Kota Manado. Debu sempat mengganggu pandangan pengendara roda dua. Meski begitu, aktivitas lalu lintas yang melalui jalur ini masih normal.
"Kalau letusannya cukup besar, bukan tidak mungkin jalur Tomohon-Manado ini akan ditutup," ujar Ronald Sirang, pengendara kendaraan bermotor.
(ANT-305/S016)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011