Beijing (ANTARA) - China pada Kamis (10/2) mendesak Amerika Serikat untuk menghapus tarif tambahan, sanksi, dan tindakan supresif lainnya terhadap China sesegera mungkin.
China telah bekerja keras untuk mendorong implementasi bersama dari kesepakatan ekonomi dan perdagangan tahap satunya dengan AS sejak kesepakatan tersebut mulai berlaku.
Hal itu mengatasi berbagai dampak negatif dari pandemi COVID-19, resesi ekonomi global, dan rantai pasokan yang terganggu, kata juru bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers.
Gao menyerukan langkah nyata dari AS untuk menciptakan suasana kondusif dan kondisi yang baik bagi kedua pihak guna memperluas kerja sama perdagangan. Dia menambahkan bahwa tim ekonomi dan perdagangan kedua pihak terus menjalin komunikasi secara teratur.
China dan AS menandatangani kesepakatan pada Januari 2020 setelah hampir dua tahun bernegosiasi. AS berjanji akan mencabut beberapa tarif tambahan mereka terhadap produk-produk China.
Kesepakatan tersebut mencakup mulai dari perluasan perdagangan bilateral di berbagai sektor seperti produk pertanian, barang-barang manufaktur, energi, dan jasa, perluasan akses pasar, hingga peningkatan perlindungan hak kekayaan intelektual.
Gao menekankan kesepakatan itu menguntungkan kedua pihak dan dunia.
Ketika menjawab pertanyaan media, Gao juga membantah klaim bahwa keberhasilan ekonomi China sangat bergantung pada campur tangan pemerintah.
China telah memenuhi komitmennya sejak bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta menghapus sepenuhnya subsidi yang dilarang di bawah kesepakatan tindakan imbalan dan subsidi WTO, papar Gao.
Dia menambahkan bahwa subsidi China sudah sesuai dengan aturan WTO.
Seperti yang telah terbukti selama empat dekade terakhir, keberhasilan ekonomi China berasal dari reformasi dan keterbukaannya serta secara efektif memadukan peran pasar dan pemerintah, kata Gao.
Reformasi dan keterbukaan China tidak hanya mendorong pembangunannya, tetapi juga berkontribusi bagi kesejahteraan ekonomi dunia, imbuh Gao.
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022