Sleman (ANTARA News) - Warga kawasan Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan "grajen" atau serbuk sisa penggergajian kayu sebagai media tanam dalam budi daya jamur kuping atau jamur tiram.
"Jamur kuping biasa tumbuh di kayu lapuk, maka untuk budi dayanya harus dicarikan tempat yang lebih mudah, yakni dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai media tanamnya," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Budi daya Jamur Kuping "Barokah" Suyadi, di hunian sementara korban bencana Merapi, Dusun Gondang 2, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Selasa.
Menurut dia, dengan serbuk gergaji sebagai bahan utama serta ditambah bekatul dan tepung jagung, sebagian warga kawasan Merapi di hunian sementara membuat "baglog" atau media tanam jamur kuping.
"Serbuk kayu itu dicampur dengan bahan tambahan tersebut, kemudian dipadatkan dalam kantong plastik. Setelah masa penanaman (inokulasi) selesai, `baglog` itu tinggal dipasarkan ke pembudi daya lain. Setiap satu `baglog` seharga sekitar Rp2.000," katanya.
Ia mengatakan dari dana bantuan Kube "Barokah" sebesar Rp2 juta, dirinya membeli 500 "baglog", dan sisanya digunakan untuk membangun rak `baglog dari bambu.
"Jamur kuping dapat dipanen satu bulan sekali, tetapi karena sekarang sedang musim kemarau, panen jamur menjadi sedikit lebih lama, yaitu sekitar 1,5 bulan sekali, karena jamur kuping butuh cuaca lembab," katanya.
Suyadi mengatakan untuk menekan biaya, dirinya berniat membuat "baglog" sendiri. "Cari serbuk `grajen` tidak terlalu sulit, kalau pun harus beli, juga tidak mahal," katanya. (V001/M008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011