Nairobi (ANTARA News/AFP) - Dua prajurit Uni Afrika(AU) dan dua calon penyerang bom bunuh diri tewas Senin selama bentrokan di Mogadishu, kata seorang juru bicara AU.
Kontak tembak meletus antara pasukan AU dan para penyerang yang memakai seragam prajurit pemerintah ketika mereka berusaha menyusup ke garis depan pasukan AU di daerah Wardhigley di Mogadishu.
Juru bicara Misi Afrika untuk Somalia (AMISOM) Paddy Ankunda mengatakan, kedua gerilyawan itu "tewas sebelum mereka bisa meledakkan rompi bom bunuh diri mereka".
"Dalam tembak-menembak dengan penyerang bom bunuh diri, dua prajurit AMISOM cedera namun kemudian tewas akibat luka-luka mereka," kata Ankunda dalam sebuah pernyataan.
Terjadi peningkatan serangan di ibu kota Somalia itu sejak pasukan Uni Afrika yang mendukung pemerintah Kamis merebut lagi posisi-posisi yang sebelumnya dikuasai gerilyawan garis keras Al-Shabaab.
Jumat, tiga prajurit AU tewas dalam bentrokan dengan gerilyawan Al-Shabaab dan mayat mereka diseret di jalan-jalan di Mogadishu selama pertempuran sengit antara kedua pihak.
Pertempuran sengit itu terjadi pada hari kedua ketika gerilyawan Al-Shabaab berusaha memperkuat posisinya setelah peluncuran ofensif pemerintah untuk mengamankan rute-rute bantuan bagi korban kekeringan di Somalia.
"Saya melihat tiga mayat prajurit Uganda diseret oleh penduduk di Suqaholah, mereka memakai tanda pengenal di leher mereka," kata Osmail Yusuf, seorang saksi, Jumat.
Sebuah tank AMISOM juga dihancurkan, kata beberapa saksi, dan kedua pihak terlibat dalam pertempuran dengan senapan mesin dan artileri di sekitar persimpangan jalan Ali-Kamin Mogadishu, sebuah posisi yang dikuasai lagi oleh pasukan pemerintah pada Kamis.
Kedua pihak saling mengklaim kemenangan-kemenangan dalam pertempuran.
Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan bulan lalu mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011