Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, ternyata memiliki dan mengalir darah Pasundan.


Uwa atau paman Airlangga, Letkol Eddy Sukardi merupakan pahlawan kemerdekaan asal Jawa Barat, yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Sukabumi.

Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis, mengatakan, bahwa uwa-nya yakni, Letkol Eddy Sukardi memimpin pertempuran di tanah Pasundan pada tanggal 9 Desember 1945.
"Pertempuran 9 Desember 1945 di Bojongkokosan yang dipimpin oleh Letkol Eddy Sukardi ditetapkan sebagai hari juang Siliwangi," kata Airlangga saat bincang santai bersama tokoh adat Sunda dalam forum silaturahmi di Jakarta.

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi 2021 beri sinyal positif untuk ekonomi 2022

Airlangga juga mengungkapkan, Hari Juang Siliwangi guna menghormati jasa uwa-nya tersebut telah ditetapkan sejak tahun 2004.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, dipilihnya nama uwa dari Menko Airlangga untuk nama jalan di Sukabumi lantaran menghormati jasa Letkol Eddy Sukardi.

Eddy Sukardi diketahui berjasa selama masa perang kemerdekaan RI. Saat menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR dengan pangkat Letnan Kolonel,

Ia memimpin perang terhadap pasukan sekutu yang dipimpin Inggris, di sepanjang jalur Bojongkokosan, Sukabumi-Cianjur.

Dalam pertempuran yang terjadi Desember 1945-Maret 1946, Eddy dan pasukannya berhasil membuat tentara Inggris, dan pasukan Gurkha, kocar-kacir.

Banyak serdadu yang gugur. Bahkan 150 kendaraan tempur hancur, termasuk tank Sherman, kendaraan tempur legendaris dalam Perang Dunia II.

Akibat kerugian itu, membuat parlemen Inggris marah karena banyaknya korban dari pihak mereka. Peristiwa itu dikenal sebagai Palagan Bojongkokosan.

Selepas perang Eddy sempat menjadi panglima di Kalimantan. Ia mengakhiri kariernya sebagai tentara pada 1957 dengan pangkat kolonel. Pada 5 September 2014, Eddy meninggal dunia di Bandung.


Sejarah mencatat keberanian dan perjuangannya semasa perang kemerdekaan sebagai salah satu komandan gerilyawan Indonesia yang disegani militer Inggris pada 1946.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022