Belum ada yang menonjol di mata saya

Jakarta (ANTARA) - Pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong mengatakan bahwa dirinya belum mengajukan nama penyerang keturunan Indonesia untuk dinaturalisasi karena, sampai saat ini, tak menemukan sosok yang berkemampuan menonjol.

"Belum ada yang menonjol di mata saya," ujar Shin usai pertemuan dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali dan PSSI di Gedung Kemenpora, Jakarta, Kamis.

Itulah yang membuat juru taktik asal Korea Selatan tersebut baru mengajukan dua pemain bertahan kepada PSSI yaitu Sandy Walsh dan Jordi Amat kepada Pemerintah Indonesia untuk dinaturalisasi.

Baca juga: Shin Tae-yong: Pemain harus penuhi tiga syarat agar dinaturalisasi

Padahal sebenarnya, Shin melanjutkan, timnas Indonesia membutuhkan pemain naturalisasi di semua posisi. Namun, memang, sektor penyerang diutamakan karena Shin menganggap Indonesia belum memiliki striker yang benar-benar tajam di depan gawang.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengamini bahwa pihaknya masih mencari sosok penyerang asing keturunan Indonesia yang bermain di luar negeri.

Hal itu sudah disampaikan kepada Menpora Zainudin Amali dalam pertemuan hari ini. Zainudin pun tidak mempermasalahkan soal tersebut.

Baca juga: Menpora berjanji bantu percepat naturalisasi Sandy Walsh-Jordi Amat

"Memang saat ini pemain belakang. Ada keinginan untuk menaturalisasi penyerang tetapi sedang dicari," kata Menpora.

Sebelumnya, PSSI ingin menaturalisasi beberapa pemain berdarah Indonesia. Selain Sandy Walsh dan Jordi Amat, dua bek yang masing-masing berkewarganegaraan Belanda dan Spanyol, ada dua nama lain yang juga berposisi bek yakni Mees Hilgers (Belanda) serta Kevin Diks (Belanda).

Namun, dua nama terakhir itu kemungkinan tidak dinaturalisasi lantaran dianggap belum menunjukkan keseriusan menjadi warga negara Indonesia.

"Dua nama itu sepertinya kurang yakin (untuk menjadi WNI-red)," tutur Shin Tae-yong.

Baca juga: Shin berharap proses naturalisasi pemain keturunan dipercepat

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022