Jakarta (ANTARA News- Posisi rupiah yang berada di bawah angka Rp8.500 per dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan berlangsung lama, karena tidak memberikan kenyamanan bagi para eksportir untuk menjual produknya di pasar ekspor.
Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa rupiah mengalami kenaikan yang cukup tajam karena pelaku membeli mata uang lokal itu akibat isu positif dari global bahwa krisis utang AS akan dapat di atasi setelah kongres menyatakan mendukung pemerintah.
Sinyal kuat dari kongres membuat pemerintah AS dapat melunasi pembayaran obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat, katanya.
Rupiah pada Senin pagi naik 30 poin menjadi Rp8.468 per dolar AS dari sebelumnya Rp8.498.
Kenaikan rupiah, menurut dia juga didukung oleh melemahnya dolar AS di pasar global.
"Kami memperkirakan rupiah akan kembali berada di atas level Rp8.500 per dolar AS," ucapnya.
Rully Nova mengatakan, rupiah akan stabil pada angka Rp8.500 per dolar AS, karena kedua pelaku bisnis masih dapat mengalami usahanya dengan lancar.
Namun, ia menilai, apabila rupiah berada di level Rp8.400 per dolar AS, maka eksportir akan meminta pemerintah untuk segera melakukan intervensi agar tidak menyulitkan produk ekspornya di luar negeri, katanya.
Investasi asing, lanjut dia, memang masih dapat tumbuh lebih besar lagi, karena kasus melemahnya perekonomian AS dan Eropa masih memerlukan waktu lama untuk dapat berkembang, meski kongres AS akan memberikan persetujuan mengenai kenaikan pagu utang tersebut.
Masih perlu waktu untuk dapat memperbaikinya kondisi kedua kawasan itu untuk berkembang lebih baik lagi, ujarnya.
Bahkan, di kawasan Eropa seperti Spanyol ekonominya tumbuh makin sulit yang diperkirakan menuju ke arah gagal bayar, ucapnya.
(T.H-CS/M027)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011