Kalau posisinya seperti ini pada akhir tahun posisi perdagangan dengan China tidak akan defisit lagi, bahkan mungkin bisa surplus.
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan bahwa peningkatan pertumbuhan nilai ekspor ke China telah membuat defisit neraca perdagangan dengan negara itu menyusut pada Juni 2011.

"Kalau kita lihat defisit neraca perdagangan dengan China yang selama Januari-Juni 2011 sebesar 3,1 miliar dolar AS maka rata-rata defisit setiap bulan 500 juta dolar AS. Pada bulan Juni, defisitnya lebih kecil, hanya sekitar 365,2 juta dolar AS, jauh lebih kecil dari rata-rata," katanya saat menyampaikan berita resmi statistik, di Jakarta, Senin.

Di samping itu, kata dia, laju peningkatan ekspor ke China mulai terlihat lebih cepat dibanding peningkatan impor.

Sebagai gambaran, nilai ekspor non-migas Indonesia ke China yang pada Mei 2011 sebanyak 1,81 miliar dolar AS naik 122 juta dolar AS menjadi 1,94 miliar dolar AS sementara impornya hanya tercatat naik 20 juta dolar AS dari 2,28 miliar dolar AS menjadi 2,30 miliar dolar AS.

Rusman mengatakan, jika selanjutnya pertumbuhan ekspor Indonesia ke China bisa terus lebih cepat dari laju peningkatan impor maka ada kemungkinan posisi neraca perdagangan Indonesia dengan negara itu bisa berubah ke arah yang lebih baik pada akhir tahun nanti.

"Kalau posisinya seperti ini pada akhir tahun posisi perdagangan dengan China tidak akan defisit lagi, bahkan mungkin bisa surplus. Kalau ekspor terus meningkat harapannya neraca perdagangan dengan negara itu selanjutnya bisa lebih berimbang," kata Rusman.

Selama ini Indonesia antara lain mengekspor barang-barang migas dan minyak sawit mentah ke China serta mengimpor barang elektronik seperti laptop, telepon seluler, suku cadang televisi dan mesin, serat sintetis dan turbin dari negara itu. (M035)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011