Helen O`Hagan menyatakan spon itu tertinggal di dalam rongga perutnya oleh ahli bedah Samuel Sakker selama operasi kolektomi -- operasi pengangkatan semua atau sebagian usus besar, demikian laporan Sydney Morning Herald.
Ia menderita kram, demam dan kehilangan kendali perut dan baru mengetahui keberadaan spon itu setelah menjalani pemeriksaan sinar-X pada Oktober 2007.
Selama masa itu, spon tersebut "terbungkus dan melekat di dalam kantung cairan", kata Morning Herald, sebagaimana dikutip AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin.
O`Hagan memperoleh hak untuk menuntut Sakker karena bertindak ceroboh dan pelanggaran kontrak sehubungan dengan kejadian itu, kendati dokter yang kini sudah pensiun tersebut meminta kasus itu ditolak sebab sudah terlalu lama baru perempuan tersebut melakukan tindakan hukum.
Hakim Leonard Levy menerima pendapat bahwa O`Hagan telah dirongrong masalah kesehatan dalam waktu lama, telah dirawat di rumah sakit sebanyak 23 kali sejak 1970, sehingga ia mulanya tak mencari jawaban mengenai bagaimana spon bisa "bermukim" di dalam tubuhnya.
Penundaan tuntutan terjadi sebab kenyataan bahwa ahli bedah yang mengangkat spon itu ditempatkan di beberapa negara bagian selama tiga tahun berikutnya dan baru Mei lalu memberitahu O`Hagan bahwa benda tersebut telah ditinggalkan oleh Sakker.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011