Srinagar, India (ANTARA News) - Kematian seorang pria berusia 28 tahun yang ditahan polisi di Kashmir India menyulut ketegangan baru, Minggu, meski menteri besar wilayah itu menjanjikan tindakan cepat.

Nazim Rashid ditangkap oleh polisi kontra-pemberontakan Sabtu di kota Sopore di wilayah utara. Ia dinyatakan tewas Minggu pagi oleh polisi namun mereka belum menjelaskan penyebab kematiannya, lapor AFP.

Seorang juru bicara kepolisian mengatakan, penjelasan terinci mengenai hal itu akan segera disampaikan.

Keluarga Rashid menuduh bahwa ia disiksa hingga tewas.

Kematian pria itu menyulut ketegangan di Sopore, sebuah kota sekitar 50 kilometer sebelah utara Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir India. Seluruh kota tersebut dilanda pemogokan total yang dilakukan sebagai tanggapan atas musibah itu.

Dalam sebuah pesan yang dipasang di Twitter, Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah menjanjikan "tindakan cepat dan tauladan".

"Itu merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia dan tidak bisa dimaafkan. Hal-hal seperti itu tidak boleh terjadi," katanya.

Tahun lalu, lebih dari 110 orang tewas ketika polisi dan pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah demonstrasi pro-kemerdekaan yang dilakukan setelah kematian seorang pemuda berusia 17 tahun oleh tembakan gas air mata polisi.

Pekan lalu, protes besar juga terjadi di Kashmir setelah seorang wanita mengaku diperkosa oleh prajurit.

Polisi membentuk satu tim khusus untuk menyelidiki kasus itu, sementara militer melakukan penyelidikan mereka sendiri.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011